Bukan Kerbau

Minggu 01-11-2020,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

HARI-HARI ini bus listrik buatan dalam negeri mondar-mandir di kota Madiun, Jatim. Siapa saja boleh naik –keliling-keliling kota. Sejak jam 6 sore sampai jam 9 malam. Tiap hari.

Wali kota Madiun-lah, Maidi, yang minta itu. Ya, namanya hanya Maidi. Tapi menurut wartawan di Madiun, ia wali kota terbaik sejak zaman saya kecil.

Menghadapi nama yang hanya satu kata seperti Maidi, koran asing biasa memberi penjelasan kepada pembacanya: "seperti umum terjadi di Indonesia banyak orang hanya punya nama satu kata." Maksudnya agar koran tidak disalahkan pembaca, dikira wartawannya malas mencari tahu siapa nama lengkapnya.

Nama lengkapnya ya Maidi itu. Ia orang Magetan yang jadi guru di Madiun. Prestasinya bagus. Lalu jadi pejabat struktural di dinas pendidikan Madiun. Lama-lama jadi kepala dinas pendidikan. Lalu naik lagi menjadi sekretaris kota. Di pilwakot lalu Maidi dicalonkan oleh Partai Demokrat. Berpasangan dengan wakil dari PDI-Perjuangan.

Terpilih.

Bus listrik itu memang bikinan Madiun. Karoserinya dari Malang. Motornya dari Tiongkok. Baterai dari Taiwan. Yang membuatnya: PT Industri Kereta Api (PT INKA) –satu-satunya industri kereta api di Indonesia.

Sebelum dites keliling kota berhari-hari, bus itu sudah dimasukkan ke jalan tol. Dari Madiun ke Nganjuk. Balik lagi. Tidak masalah. Jarak tempuhnya, satu kali colok listrik, 200 kilometer.

Melihat desainnya bus ini sepertinya cocok untuk Trans Jakarta. Ada pintu di kanan yang lebar. Posisi pintu itu juga tinggi dan tanpa tangga. Pas untuk ketinggian halte Trans Jakarta.

Tapi bus ini masih menyediakan dua pintu ''normal'' di sisi kiri depan dan tengah. Kalau saja kelak ada order dari Trans Jakarta dua pintu itu harus ditiadakan. Agar hemat biaya.

INKA memang mengincar pasar Trans Jakarta. Karena itu, prototype ini harus diuji benar keandalannya. Keliling-keliling kota Madiun itu tidak akan dihentikan sampai tujuan uji coba tercapai.

Maidi senang. INKA senang. Rakyat kecil senang. Saya usul, rute bus listrik ini ditambah: masuk-keliling kompleks pabrik kereta api. Terutama kalau isinya anak-anak dan remaja. Agar seperti tur edukasi. Biar rakyat Madiun tahu bahwa di kotanya ada pabrik kereta api. Toh aman. Mereka tidak perlu turun dari bus. Sekalian membangun mimpi bagi anak-anak dan remaja.

Kebetulan pabrik itu sekarang sudah sangat bersih. Tertata rapi. Tamannya cukup bisa dilihat. Apalagi sekarang ini lagi banyak kereta baru yang parkir di halaman.

Itulah kereta-kereta yang siap dikirim ke Filipina. Lokomotifnya pun bikinan Madiun. "Kami segera kirim tiga rangkaian ke Manila," ujar I Gede Agus Prayatna, direktur INKA. "Tiap rangkaian terdiri dari satu lokomotif dan lima gerbong," tambah Gede yang sudah 27 tahun tinggal di Madiun.

Sebelum pandemi kemarin pun INKA ekspor gerbong ke Bangladesh. Sangat banyak: 200 gerbong. Sempat terhambat Covid-19, tapi akhirnya beres juga.

Bangladesh belakangan memang menjadi bintang ekonomi di kawasan Asia Selatan. Pertumbuhan ekonominya meroket: sampai 7 persen. Sudah tiga tahun ini. Di masa pandemi ini pun diramalkan pertumbuhan ekonomi Bangladesh masih di atas 5 persen.

Saya sendiri sudah dikelilingkan pabrik itu Kamis lalu. Dengan bus listrik itu. Yang diberi nama E-Inobus itu –Inonya singkatan dari inovasi.

Saya membayangkan betapa bangga kalau ada tur pelajar Madiun ke pabrik ini –naik bus listrik itu.

Tiba di bagian belakang INKA, bus berhenti. Saya diminta turun. Di situ berderet kereta baru yang juga siap dikirim. Itulah kereta LRT yang akan beroperasi antara Bekasi-Jakarta dan Cibubur-Jakarta.

Sekarang ini sudah dikirim 8 rangkaian. Masing-masing 6 kereta.

Maret depan seluruh pesanan, 31 rangkaian, sudah harus selesai dikirim ke Bogor. "Akan dites di sana selama 8 bulan," ujar Gede, alumnus teknik mesin Universitas Udayana.

Pengetesan itu dilakukan oleh Kementerian Perhubungan. Waktu tes begitu lama karena semua sistemnya harus teruji.

Ini adalah kendaraan umum yang harus benar-benar aman. INKA memang sudah melakukan test tapi tidak dalam satu tes simulasi operasional.

Tes itu akan menyangkut sinyal dan sistem komputernya. Kereta itu tidak akan dikendalikan masinis. Ia jalan sendiri. Berhenti sendiri. Sepenuhnya mengandalkan komputer.

Posisi aliran listrik untuk kereta ini tidak di atas gerbong seperti KRL. Aliran listriknya di rel ke-3. Yang letaknya di sebelah luar rel layang itu. Karena itu jalur kereta ini harus jalur layang. Akan jadi persoalan kalau jalurnya di darat yang banyak persimpangan.

INKA punya kemampuan membuat LRT seperti itu. Yang kecepatan puncaknya 80 km/jam –menjadi rata-rata 60 km/jam karena sering berhenti.

Dari kereta seperti itu, INKA lantas melirik pasar bus listrik. Apalagi dulu INKA pernah diminta membuat mobil kancil –rencana mobil nasional di masa Prof B.J. Habibie.

Bagaimana kalau Trans Jakarta tidak memesan bus listrik buatan INKA? Bagaimana kalau Trans Jakarta memilih impor bus listrik saja dari Tiongkok? Bagaimana kalau yang menang tender bus listrik Trans Jakarta nanti mengaku membuat sendiri tapi sebenarnya impor jadi dari Tiongkok?

Jawabnya tunggu tahun depan. Tahun depan ini adalah tahun kerbau. Tapi kita tidak tahu siapa yang dungu. Setidaknya kita sudah meninggalkan tahun tikus –yang sampai 6 orang terkena hukuman seumur hidup.

Tapi INKA kelihatannya bukan kerbau. INKA masih bisa mengincar pasar Afrika. Tepatnya Kongo. Negara itu sudah menunjukkan minat untuk memesan banyak hal dari INKA. Termasuk bus listrik. Atau, mungkin, menunggu lewatnya tahun kerbau dulu –yang akan diganti tahun macan.(Dahlan Iskan) 

Teruntuk pada petugas medis. Teruntuk pula FK Unair yang telah melahirkan sosok-sosok pejuang kesehatan seperti Alm Prof Boediwarsono. Terima kasih untuk perjuangannya menangani Covid-19.

Tags :
Kategori :

Terkait