Pilih Pelita

Senin 25-10-2021,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

MENTERI BUMN memang cerdas: memilih Pelita sebagai pengganti Garuda Indonesia –kalau memang diperlukan.

Mungkin itu tidak perlu.

Garuda akan baik-baik saja –sepanjang Pertamina terus memberi bahan bakar.

Tapi bayangkanlah bila Anda menjadi direksi Pertamina. Bawahan Anda sudah membuat laporan: bahan bakar yang belum dibayar Garuda sudah mencapai Rp 12 triliun.

Bawahan Anda juga sudah membuat memo: apakah Pertamina akan terus mengirim BBM ke Garuda atau dihentikan?

Anda, sebagai direksi, pasti tidak akan mau lagi mengirim bahan bakar ke Garuda.

Kenyataannya Pertamina terus berbaik hati. Kalau bukan Pertamina tidak mungkin punya hati sebaik itu. Mana ada perusahaan mau memberi pinjaman sampai Rp 12 triliun.

Maka nyawa Garuda Indonesia sebenarnya ada di tangan Pertamina. Bukan di perusahaan penyewa pesawat di Amerika atau Eropa.

Misalkan besok pagi Pertamina ambil keputusan: tidak mau lagi kirim bahan bakar ke Garuda. Langsung, semua pesawat Garuda tidak bisa terbang.

Maka saya mencoba memahami jalan pikiran Pertamina. Sebagai sebuah perusahaan. Mengapa Pertamina tetap kirim bahan bakar ke Garuda. Secara perusahaan itu tidak mungkin. Tidak masuk akal. Itu melanggar semua prinsip di sebuah perusahaan.

Di dalam neraca keuangan, piutang Rp 12 triliun itu masuk ke dalam laba. Tahun lalu Pertamina rugi. Lucu sekali. Bagaimana sebuah perusahaan yang mengalami kerugian punya tagihan begitu besar.

Tahun ini, di enam bulan pertama 2021, Pertamina sudah bisa laba Rp 13 triliun. Hebat sekali.

Tapi apakah berarti Pertamina punya uang Rp 13 triliun? Tidak. Dari laba Rp 13 triliun itu yang Rp 12 triliun masih nyangkut di Garuda.

Peraturan pajak sebenarnya juga melarang sebuah perusahaan memberi utang ke perusahaan lain seperti itu. Pertamina bukan lembaga keuangan yang boleh memberi pinjaman.

Maka bila Rp 12 triliun itu mewujud di dalam laba Pertamina, berarti Pertamina juga harus membayar pajak penghasilannya. Kalau besarnya pajak itu 30 persen, berarti Pertamina harus membayar pajak laba yang masih nyangkut itu sekitar Rp 3 triliun. Betapa ruginya Pertamina di transaksinya dengan Garuda itu. Atau Pertamina menjual bahan bakar ke Garuda dengan harga lebih mahal –memasukkan risiko ke dalam harga?

Tentu hanya Pertamina dan Garuda yang tahu.

Tapi mengapa Pertamina terus mengirim bahan bakar ke Garuda?

Dugaan saya: ada perintah dari pemegang saham, pemerintah.

Kalau betul seperti itu, sebagai perusahaan, Pertamina tentu minta perintah tertulis. Tidak mungkin perintah lisan. Ini akan menjadi bagian dari dokumen keuangan.

Kalau dokumen perintah itu ada di tangan Pertamina, tentu itu baik bagi Pertamina. Misalkan, Garuda pada akhirnya ditutup. Berarti Garuda tidak bisa membayar utang Rp 12 triliun itu. Pertamina mungkin bisa menggunakan dokumen perintah tersebut untuk menagih langsung ke pemerintah.

Tentu Pertamina tidak harus menerima uang kontan. Bisa saja dalam bentuk potongan dividen. Artinya: Pertamina dianggap sudah setor dividen senilai piutang yang ada dokumennya itu.

Soal bahan bakar itulah, menurut pendapat saya, salah satu pertimbangan mengapa nama Pelita muncul sebagai calon pengganti Garuda.

Pelita adalah anak perusahaan Pertamina. Pesawat yang dimilikinya kecil-kecil. Hanya untuk ke daerah-daerah penghasil minyak.

Tentu Pelita akan cari sewaan banyak pesawat. Pelita bisa mencari pesawat yang sewanya tidak dititipi kepentingan pencari komisi.

Kalau pun kelak Pertamina terus mengirim bahan bakar ke Pelita, perhitungan akuntansinya lebih mudah. Piutang Pertamina ke Pelita akan bisa langsung diputuskan di RUPS sebagai tambahan setoran modal. Itu yang tidak mungkin dilakukan Pertamina terhadap Garuda.

Dengan mengubah Pelita menjadi ''Garuda baru'' persoalan manajemen lebih mudah. Tidak punya beban masa lalu. Saat ini Pelita masih sangat langsing. Bisa cari pesawat yang lebih murah. Bisa cari tenaga yang lebih selektif. Asal penyakit lama Garuda tidak terulang di Pelita.

Catatan besarnya hanya satu: Pertamina menjadi punya anak perusahaan penerbangan besar. Dengan risiko besar. Padahal Pertamina baru saja di reorganisasi. Tiba-tiba saja harus punya anak perusahaan skala raksasa –di luar rencana. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Artikel Berjudul: Durian Pentil

Yoga Samsugiharja
Ada yang menggantung, tapi bukan gunung. Ada yang bulat, tapi bukan tekad. Ada yang empuk, tapi klo dipegang tanpa izin yang punya bisa ngamuk. Jawabannya adalah.......

Robban Batang
Berdasarkan penelitian kira-kira yang tercantum dalam Jurnal Setengah-setengah.Setengah ngawur setengah ngaco: Ada korelasi antara singkatnya masa pemberian ASU,Air Susu Umi dengan variabel Abi yang merokok. Ada praduga kuat disebabkan oleh terkontaminasinya ASU oleh residu asap rokok.Paling tidak karena nipple yang berasa nikotin.Menyebabkan Sang bayi enggan menthil. Saran : Untuk para Abi , hambok mengalah demi generasi masa depan yang sehat.Dengan tidak merokok atau paling tidak jangan menthil lagi. Susu formula bukan pengganti ASU.

Anak Alay .
wkwkwkwkwk Malah kelingan guyonané Kaskus NL klo soal rasa tergantung pelanggan sebelumnya . .. . kadang rasa samsoe  kadang rasa sambel pecel . .. .

Ahmad Habibi
Mas yanto ini teman ,, tidak kenal via fb, sempat ketemuan.. klo gak salah 2017 ato 2016 mulai tanam durian, saya juga tanam,, bedanya beliau istiqomah dengan pilihan hidupnya..  saya yang kurang istiqomah.. Jadilah beliau.. saya yang masih ngalor kidul .. ha.. ha..

Dedi Juliadi
Sesuai sunah ya bah 1 batang hanya untuk 4 buah itu kalau bisa berbuat adil kalau tidak bisa adil cukup 1 saja yang gunungnyi seperti Marylin Monroe tetapi goyangnyi seperti Gissel... Rasanya seperti menjilati musang king dan mengunyah si bawor, Sehat terus Abah.

Amat
Ada lagunya graha ini. "Lelaki graha darat. Buset aku tertipu lagi. Mulutnya manis sekali Tapi hati bagai serigala." Bahasa itu arbitrer. Manasuka. Konvensional juga. Kalau yang lain ikut ikutan jadilah sebuah konvensi, jadilah. Dirunut asal katanya dari bahasa Kawi 'grha'. Seiring perkembangan, mungkin karena lebih mudah diucapkan (biasa begitu), oleh kebanyakan penutur menjadi 'graha'. Padahal, dalam bahasa Kawi 'graha' tadi merupakan satu kosa kata tersendiri. Berdasarkan hasil kodifikasi para ahli bahasa (menghasilkan kamus dan tata bahasa), kata yang sesuai dengan asal katanya adalah 'gerha' yang berarti bangunan, tempat tinggal, kantor.

Robban Batang
Saya coba lengkapi 1.Pentil untuk buah muda: -Huruf 'e' dibaca seperti 'e' pada sebab,semua ,sesuai. -Huruf 't'seperti 'ta' pada huruf Hijaiyah,bukan 'tho'. Atau seperti aksara 'ta 'pada da ta sa wa la.Bukan 'tha' pada ma ga ba tha nga. 2.Pentil untuk bagian dari roda tempat masuknya angin. -Huruf 'e ' dibaca seperti 'e' pada seksi. 3.Penthil pada nipple (eng) - Huruf 'e' dibaca seperti 'e' pada semua,sebab. - Huruf 't' dibaca seperti 'tha ' pada aksara Jawa atau 'Tha' pada huruf Hijaiyah. Semoga bermanfaat untuk saudara-saudaraku se-nusantara yang non Jawa. Itulah salah satu contoh kekayaan bahasa Jawa.Seperti miskinnya bahasa Inggris untuk kata-kata padi,gabah ,beras ,menir,nasi,aking semua cuma ada satu padanan katanya,yaitu Rice. Salam,Shyalom,

Disway Reader
Yaelah Gisel di bilang gadis. Nggak pake data sih nulisnya.

Disway 19082892
mun dilihati dari kata2-nya , sepertiny abah handak bebini anum lagi pinanya oi uma- nya, kasihani pang abah, na, pian jgn 'egois' banar, carikan pang bini anum :D

Hariyanto
Sekarang saya sedikit percaya, kalau Gunung Kawi tempat pesugihan. Buktinya sudah mulai banyak yang ke sekitar sana, belajar sugih dengan Pak Yanto.

Denik .
Kalau buah kurang besar atau kurang bagus bukan di buang.tinggal pakai silikon mau yang impor atau yang lokal.ukuran bisa di sesuaikan.

Disway Reader
"Pentil" itu kata dlm bahasa jawa, kl di bahasa Indonesiakan jd "Penting", karena yg di sebut Pentil pasti sesuatu yg Penting. Bayangkan saja kl kita nanam buah tidak muncul2 Pentilnya atau kl Ban motor/mobil tidak ada Pentilnya Apalagi kl Cewek tdk ada Pent*lnya..... kebayangkan gmn Pentingnya Pentil itu. Just Kidding ?

Leong Putu
Tulisan Abah hari ini, khas hari Minggu. Rileks dan Ringan. Ada beberapa pilihan kata yang menurut saya agak "genit". Seperti mau menunjukkan kalau penulis masih laki laki waras. Pentil. Otak saya langsung membayangkan puting susu. Merenggut. Langsung ingat berita seorang Biduwan dangdut merenggut keperjakaan seorang pemuda di Probolinggo. Kok bisa2nya pemuda itu lapor polisi ? Semestinya kan dia malah untung. wkwkwk Tangan Mas Yanto meraih pentil. hihihi...ini gak usah dibayangkan. Coba langsung praktek. Tapi awas kena tabok...hahaha PERINGATAN : Jangan coba coba ke istri orang lain ! ! ! Dada wanita. ini juga bisa bikin merem melek. Merilyn Monroe. Ini jelas memperlihatkan perbedaan generasi. Kalau generasi saya pasti banyak yang setuju kalau yang disebut adalah Sarah Azhari. Setuju ? Gisel ? Kalau ini jelas yang saya ingat adalah tulisan di bak belakang truk. "KU TUNGGU 19 DETIKMU"

 

Tags :
Kategori :

Terkait