JAKARTA, DISWAY.ID-- Jagat media sosial tengah ramai adanya Gus Miftah mempertanyakan "sejak kapan rendang punya agama?".
Sedianya pertanyaan itu untuk menjernihkan polemik restoran 'Babiambo' di Jakarta yang diprotes dan membuat emosi sejumlah kalangan hingga menimbulkan kegaduhan.
Pasalnya, restoran yang sebenarnya sudah lama tutup itu, salah satu menunya yaitu rendang daging babi.
BACA JUGA:Fakta Petani Renta Dapat Upah Uang Mainan Diungkap Polisi, Ternyata Ini Motifnya
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 2009-2014, Gamawan Fauzi merespon polemik yang bermula adanya restoran Babiambo agar tidak sembarangan berkomentar, sebab justru akan menyakitkan masyarakat Minang.
"Oleh karenanya, kalau ada yang seorang ahli agama mempertanyakan sejak kapan rendang punya agama, maka itu pertanyaan yang amat dungu, bahasa pasar di Minangkabau disebut dengan istilah 'ongok raya', atau kelewatan gak ngertinya," kata Gamawan Fauzi dalam sebuah tulisannya.
"Sebagai makhluk berakal, saya sarankan Anda sebaiknya banyak membaca dan belajar sebelum bicara. Jangan asal berkomentar bila tak paham. Apalagi sekadar ingin berbeda/membelintang," imbuhnya meski tidak menyebut langsung nama Gus Miftah.
Gubernur Sumatera Barat 2002-2009 ini menilai polemik rendang berbahan non halal yang dijual di Jakarta itu telah melebar kemana-mana seiring beberapa komentar para tokoh, ahli hingga ulama.
Gamawan Fauzi pun menyinggung seorang bergelar Gus yang mempertanyakan "sejak kapan rendang punya agama?" tersebut.
Nitezien mengaitkan respon Gamawan yang dimaksud pemuka agama ini yaitu Gus Miftah.
Sebab, Gus Miftah sebelumnya melalui akun Instagramnya, angkat bicara mengenai polemik rendang daging babi.
Gus Miftah menegaskan kewajiban makan makanan yang halal adalah bagi umat Islam karena itu perintah agama. Sementara bagi yang non-Islam terserah mau makan makanan seperti apa.
Di akhir video unggahannya, Gus Miftah mengatakan "Ngomong-ngomong sejak kapan ya rendang punya agama?"
Atas pertanyaan itu, Gamawan menilai Gus dimaksud terlalu berlebihan dan menjangkau hal-hal yang tidak dipermasalahkan secara substansial oleh masyarakat Minang seputar rendang olahan babi.