Para petugas imigrasi Sri Lanka pada Selasa mengatakan pihaknya mencegah adik Presiden Gotabaya Rajapaksa, Basil Rajapaksa, terbang meninggalkan negara itu.
Tindakan itu diambil para petugas saat kemarahan terhadap keluarga Rajapaksa yang sangat berpengaruh mencapai puncaknya akibat krisis ekonomi yang melumpuhkan negara tersebut.
Belum ada kejelasan soal ke mana Basil Rajapaksa hendak terbang ketika ia dihentikan petugas.
Asosiasi Petugas Imigrasi dan Emigrasi Sri Lanka mengatakan para anggotanya menolak melayani Basil Rajapaksa di ruangan keberangkatan VIP di bandara di Kolombo.
“Mengingat kerusuhan terjadi di Sri Lanka, para pejabat imigrasi berada dalam tekanan berat untuk tidak mengizinkan tokoh-tokoh tingkat tinggi meninggalkan negara,” kata ketua asosiasi tersebut, K.A.S Kanugala, kepada Reuters.
“Kami mengkhawatirkan keamanan kami. Jadi sampai masalah ini terselesaikan, para personel yang bertugas di ruangan VIP memutuskan untuk tidak memberikan layanan,” terangnya.
Gambar-gambar yang memperlihatkan Basil sedang berada di ruangan istimewa itu dimuat oleh media lokal dan tersebar di media sosial. Beberapa orang menunjukkan kemarahan terhadap usaha Basil meninggalkan Sri Lanka.
Basil Rajapaksa belum dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Asistennya menolak memberikan keterangan terperinci.
Seorang pejabat tinggi pada partai berkuasa mengungkapkan bahwa Basil masih berada di dalam negeri.
Basil, yang juga memegang status kewarganegaraan Amerika Serikat, adalah mantan menteri keuangan Sri Lanka.
Ia mengundurkan diri sebagai menkeu pada awal April ketika serentetan aksi unjuk rasa digelar oleh masyarakat yang memprotes kelangkaan bahan bakar, makanan, dan barang-barang keperluan lainnya.
Basil juga mundur sebagai anggota parlemen pada Juni.
Abangnya, Gotabaya Rajapaksa, akan mengundurkan diri pada Rabu 13 Juli 2022 untuk membuka jalan bagi pembentukan pemerintahan bersatu.
Gotabaya akan mundur setelah ribuan demonstran menyerbu kediamannya dan kediaman resmi Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe pada Sabtu 9 Juli dengan mengusung tuntutan agar kedua pemimpin itu dipecat.
Para pemrotes telah menyatakan tekad untuk tidak akan beranjak dari kediaman presiden dan perdana menteri sampai kedua pejabat itu mundur.
Presiden Gotabaya tidak pernah muncul di publik sejak Jumat 8 Juli 2022. Hingga kini, keberadaannya belum diketahui.