4. Cremonese vs Paganese (2010)
Kasus aneh lainnya di Italia, mantan penjaga gawang Cremonese, Marco Paolini dinyatakan bersalah karena meracuni minuman dan botol air rekan-rekan satu timnya dengan obat penenang!
Paolini terlilit utang judi dalam jumlah yang besar sehingga ia rela melakukan match-fixing untuk bisa melunasinya.
Para pemain Cremonese yang waktu itu di Serie C jadi lamban dan lesu selama pertandingan, dengan beberapa terlihat susah berjalan.
Satu pemain bahkan sampai mengalami kecelakaan mobil saat pulang ke rumah.
Ketika hasil tes medis membuktikan bahwa mereka terkena efek bius, investigasi diluncurkan dan akhirnya menyatakan Paolini sebagai pelaku utama.
Mantan kiper itu akhirnya dilarang bermain selama lima tahun.
5. Olympique de Marseille (1993)
Marseille sukses memenangkan Liga Champions pada 1993, sembari menjuarai Ligue 1 mereka yang keempat secara berturut-turut.
Mendominasi sepakbola Prancis sekaligus menguatkan reputasi mereka di Eropa mendadak tampak sia-sia karena mereka dinyatakan bersalah dalam kasus pengaturan skor.
Bernard Tapie, mantan pemilik Marseilles dan Adidas, diketahui telah menawarkan uang kepada Valenciennes untuk mengalah lawan Marseille.
Niat Tapie rupanya untuk memastikan timnya tidak harus mendapatkan masalah cedera atau dengan kata lain mengondisikan timnya agar tetap prima saat tampil di Liga Champions.
Akibatnya, Marseille didgeradasikan ke Ligue 2 dan kehilangan gelar juara Ligue 1 mereka. Tapie sendiri dijatuhi larangan beraktivitas dalam dunia sepakbola seumur hidup.
6. Standard Liege (1982)
Standard Liege terlibat dalam skandal pengaturan skor yang mengguncang Belgia beberapa dekade lalu.