Ferdy Sambo berdiri. Ada Bharada Richard Eliezer Pudihang (Bharada E), Maruf Kuat, Brigadir Ricky Rizal termasuk Brigadir Yosua mengenakan kaos putih.
Posisi Brigadir Yosua berada persis di hadapan Bharada E yang tengah mengacungkan pistol. Jaraknya hanya sekitar 2 meter.
Ferdy Sambo tetap berdiri. Wajahnya terlihat gusar. Menahan marah. Seketika berteriak. Memekik. “Tembak!” Bharada E melepaskan tembakan. maka terjadilah.
Bharada E melepaskan peluru dari jarak sekitar 2 meter. Pistol Glock 17 itu bergetar di kedua tangan.
Tiga kali peluru menyasar ke tubuh Yosua. Tubuhnya seketika tersungkur. Kaos putihnya bersimbah darah.
Seakan tak cukup apa yang telah terjadi. Bharada E dalam keterangan kepada penyidik, kemudian Ferdy Sambo melepaskan kembali tembakan kembali.
Dua kali. Persis pada bagian belakang kepala Yosua. Dalam jarak terdekat 16 cm. Begitu dekat. Jarak 16 cm atau sepanjang sedotan minuman. Seluruh isi ruangan sesaat terhenyak.
Sejurus kaki masing-masing bergeser dari posisi semula. Memejamkan mata lalu menatap kembali ke atap. Kelam. Tak kuasa mendengar ronta dari mulut Yosua.
BACA JUGA:Terjebak di Ponsel Yosua
Perlahan darah segar mengalir dari tubuh dan kepala Yosua. Sadis. Ruhnya dipaksa pergi.
Tak berselang lama, Ferdy Sambo menembaki dinding ruangan itu. Tercatat 3 kali ia mencoba membenturkan peluru ke dinding.
Membuat skenario. seolah-olah ada baku tembak. Sambo mengeluarkan sisa jelaga dari sarung tangan hitamnya ke tangan jenazah Yosua untuk melengkapi narasi kebohongannya.