Namun, kebijakan itu justru menjadi bumerang bagi Negeri Tirai Bambu yang kini mengalami angka kelahiran rendah.
Saat ini, tak sedikit warga China yang memilih tetap melajang atau menikah tanpa memiliki anak.
Menurut laporan tersebut, jumlah pendaftaran pernikahan di China turun selama tujuh tahun berturut-turut.
Pada 2020 angka pernikahan hanya 8,1 juta pasangan. Jumlah ini menurun 12 persen dari 2019.
Tingkat kelahiran China berada pada level 1,16 pada tahun 2021, jauh di bawah standar 2,1 OECD untuk populasi yang stabil. Angka itu termasuk yang terendah di dunia.
Presiden Xi Jinping Mengeluarkan Kebijakan Baru
Demi mengatasi keengganan warga China untuk punya anak dan menikah, Presiden Xi Jinping mengeluarkan langkah-langkah baru.
Beberapa di antaranya pemerintah menjanjikan insentif pajak dan rumah, menyediakan layanan pengasuh anak, membangun lingkungan kerja yang ramah kehamilan, dan mengatur kembali soal pendidikan.
Terkait pendidikan, pemerintah juga menutup ratusan ribu les privat sebagai upaya memangkas bebas pekerjaan rumah dan kegiatan pendidikan di luar jam keluarga dan sekolah.
Pekan lalu, China juga berencana mengambil langkah agar perawatan kesuburan lebih mudah diakses dan melarang aborsi.