Persebaya: Al Fatihah, Tragedi Kanjuruhan Buat Adilson Maringa Trauma

Selasa 04-10-2022,00:06 WIB
Reporter : Syaiful Amri
Editor : Syaiful Amri

 

Menurut Junior, penggawa Persebaya sempat merayakan keberhasilan mereka tersebut.

 

Bahkan Junior menggambarkan situasi itu lebih mengerikan dibandingkan perang etnis antara Azerbaijan dan Armenia. Sebelum berkarir di Persebaya, Junior pernah merumput di Liga Utama Azerbaijan bersama Kesla (kini berubah menjadi Shamakhi FK) pada 2020 saat perang etnis terjadi.

 

“Di kamar ganti, kami merayakan kemenangan. Tapi tiba-tiba polisi datang, dan bilang: 'Berhenti, berhenti...cepat lari, jika tidak, kalian tidak akan bisa pergi'. Kami langsung berganti pakaian dengan cepat, tanpa mandi terlebih dulu,” tutur Junior dalam program Esporte Espetacular di TV Globo.

 

“Polisi kemudian menghampiri dan mengawal kami. Semua serba terburu-buru. Benar-benar gila. Kami lalu berhasil keluar, dan masuk ke dalam kendaraan taktis (Rantis), dan selanjutnya hanya bisa menunggu.”

 

“Kami bertahan di selama beberapa jam, menunggu dan menyaksikan pemandangan itu. Ini sungguh nyata. Saya pernah di Azerbaijan, saat itu sedang perang dengan Armenia, dan dan saya tidak melihat hal-hal yang saya lihat di sana (Azerbaijan).”

 

“Kami melihat melalui kaca depan Rantis. Pemandangannya seperti perang. Mereka melemparkan banyak benda. Mereka melemparkan benda yang membuat kaca Rantis retak. Ada sebuah mobil polisi di sebelah kami. Mereka merusak semuanya.”

 

Sementara Vidal tidak menyangka rivalitas antara Persebaya dan Arema akan sebesar itu. Menurut Vidal, derbi Jawa Timur ini lebih besar dibandingkan di Atletiba. Vidal tidak bisa membayangkan bila tim meninggalkan stadion dengan menggunakan bus.

 

“Saya diberitahu ini adalah laga klasik. Saya dari Curitiba, dan berpikir ini kurang-lebih akan sama seperti di Atletiba. Tapi ternyata lebih besar. Orang datang ke sana untuk mendukung timnya. Tensi sudah ada sejak awal hingga akhir pertandingan,” beber Vidal.

Kategori :