“Kami sudah tidak ada gairah lagi untuk bermain sepakbola. Kami merasa takut. FIFA harus mengambil tindakan. Kami masih menunggu komentar FIFA tentang Arema, liga, dan semuanya,” imbuh Maringa.
“Satu hal yang pasti, tidak ada laga pertandingan tim di kota ini (Malang). Ini sudah diputuskan oleh pemerintah. Sekarang kami menunggu FIFA,” pungkasnya.
Cerita lain pun disampaikan dua penggawa Persebaya Surabaya Silvio Junior dan Higor Vidal.
Keduanya menggambarkan suasana di sekitar Stadion Kanjuruhan akhir pekan kemarin yang mengakibatkan 125 suporter Arema FC meninggal dunia.
Kerusuhan ini berawal dari kekecewaan Aremania yang menyaksikan tim kesayangannya menelan kekalahan 3-2 dari rival utama mereka di kandang.
Saat pemain menyampaikan salam kepada fans, dan menyampaikan permintaan maaf, suporter pun masuk ke dalam lapangan.
Situasi masih kacau ketika polisi mulai melepaskan gas air mata, termasuk ke arah tribune, sehingga menciptakan kepanikan. Para korban meninggal dunia ini disebut akibat terdampak gas air mata dan terinjak-injak.
Junior mengungkapkan pemandangan yang mengerikan ketika mereka meninggalkan Stadion Kanjuruhan. Junior tidak menyangka kemenangan pertama Persebaya di Malang setelah 23 tahun berujung dengan tragedi.