Pasca FIFA memutuskan untuk tidak menghukum persepakbolaan Indonesia, sudah semestinya keputusan itu dijadikan suatu momentum pembenahan.
"Suporter itu sifatnya alami dan organik. Kadang-kadang sangat natural, jadi harusnya sisi-sisi yang harus bertanggung jawab itu bukan dari sisi suporternya, tapi dari mereka yang punya anggaran, punya kewenangan, yang bertanggung jawab mengelola mood dari fans sepakbola," tutur Arya.
"Mood nya itu yang harus diubah. Kalau stadion bagus, terus exit door nya jelas, itu kan kita juga akan semakin nyaman," tambahnya.
BACA JUGA:Katulampa Siaga 1, Basarnas Siagakan Personil Antisipasi Banjir di Wilayah Terdampak
Arya memberi saran agar nantinya dibuat khusus hari-hari duka yang bisa diingat oleh seluruh fans sepak bola Indonesia.
Salah satu contohnya yakni tragedi Kanjuruhan, karena bisa dijadikan pengingat oleh seluruh fans sepak bola Indonesia, kalau di Tanah Air ini pernah terjadi hari kelam yang merenggut ratusan nyawa.
"Seperti saya nih yang sudah temenan di Jakmania 20 tahunan, kita selalu ingat nih temen kami di Jakmania meninggal karena sweater biru," tegasnya.
"Tewas karena diserang sesama suporter Jakmania. Jadi momen-momen duka itu membuat kita berusaha menghindari itu lagi. Seperti Kanjuruhan ratusan Aremania meninggal, kalau bisa diingat terus lah, itu akan membuat kita menghindari luka yang sama," tambah Arya.