Lalu, pada 30 Agustus 1986, saham PT Sanmaru yang memproduksi Indomie diambil alih oleh PT Indofood Interna serta selanjutnya juga diakuisisi PT Super Mi Indonesia dari pemegang saham lain.
Pada saat itu, PT Sanmaru sudah punya dua produk yang populer: selain Indomie, sejak 1983, ada Chiki, sebuah makanan ringan yang populer di kalangan anak-anak.
BACA JUGA:Intip Deretan Foto-foto Lawas yang Wajib Kamu Lihat, Setidaknya Sekali Seumur Hidup Nih!
Menjelang tahun 1986, Indomie sudah memiliki 4 pabrik, yaitu di Jakarta (Ancol), Medan, Surabaya dan Palembang, dengan karyawan pada tahun 1990 mencapai 2.900 orang.
Entah bagaimana, kemudian saham Djajadi (dan rekan-rekan) di PT Indofood Interna seluruhnya menjadi kekuasaan Salim.
Menurut Anthony Salim, saham itu bisa menjadi milik mereka karena Djajadi (dan rekan-rekannya) sibuk berkonflik sehingga Salim dapat mencari untung di saat itu.
Memang, pada saat itu salah satu partner Djajadi di PT Wicaksana, Pandi Kusuma justru memilih menjadi partner Salim.
BACA JUGA: Sinopsis Argantara, Film Indonesia Terbaru yang Dibintangi Aliando Syarief dan Natasha Wilona
Namun, ada juga rumor bahwa Salim "memaksa" Djajadi untuk menyerahkan sahamnya, misalnya dengan menghentikan suplai terigu ke pabrik PT Sanmaru.
Selain itu, pada 1993 Salim memutuskan tidak lagi memakai perusahaan Djajadi, PT Wicaksana sebagai distributor, melainkan kini memakai anak usahanya bernama Indomarco Adi Prima.
Walaupun demikian, pihak Salim membantah rumor bahwa Djajadi dan Salim memliki hubungan yang tidak baik dan rumor-rumor negatif tersebut.
Pasca 1992, Djajadi sudah tidak lagi memiliki saham di pabrik Indomie setelah melepas saham miliknya yang tersisa ke Salim.
BACA JUGA:Kompak Naik, Harga Emas di Pegadaian 28 Desember 2022 Dibanderol di Atas Rp 1 Juta
Pada 1994, PT Indofood Interna dan PT Sanmaru digabung dalam perusahaan baru: PT Indofood Sukses Makmur Tbk, kemudian sejak 2009, produksinya dialihkan ke anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Di bawah kekuasaan Indofood inilah, Indomie makin meluas dan memproduksi banyak sekali varian, dari varian biasa, varian daerah, varian khusus (seperti mi keriting dan mi siram), dan lain-lain.
Indomie pun menjadi nomor 1 di Indonesia. Kemudian, di bawah Salim pula Indomie berhasil berkembang menjadi merek internasional, seperti ke Nigeria dan Arab Saudi.