Anugegrah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990), Kalyana Kretya (1996), Achmad Bakrie Award (2003), Akademi Jakarta (2012), Habibie Award (2016), dan ASEAN Book Award (2018).
Tidak hanya raihan prestasinya yang patut dibanggakan, Sapardi juga diketahui mendirikan Perhimpunan Cendekiawan Sastra Indonesia dengan maksud mempromosikan seni ke seluruh negeri.
BACA JUGA:Dokter Belum Pastikan Kapan David Keluar dari ICU
Sapardi juga diketahui menerjemahkan karya sastra dunia ke dalam bahasa Indonesia, dengan salah satu terjemahannya paling terkenal yakni The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway.
Kemudian, pada 1994, Sapardi menerbitkan “Hujan Bulan Juni”, sebuah buku yang berisi kumpulan puisi terbaiknya. Karya ini menjadi inspirasi bagi banyak musisi untuk membuat komposisi dengan tema serupa.
Sastrawan yang telah menginspirasi banyak penyair di era setelahnya itu sudah pergi untuk selamanya pada 19 Juli 2020.
Ia pergi meninggalkan dunia sastra di Tanah Air, mewariskan karya-karya yang tetap abadi hingga saat ini.
Sampai saat ini, puisinya masih abadi dan dibaca oleh umat di seluruh dunia, menjadi syair bagi generasi-generasi penulis berikutnya.
Sejumlah karya Sapardi termasuk yang berjudul Aku Ingin begitu populer. Kepopuleran puisi Sapardi karena makna mendalam yang terkandung di dalamnya.
BACA JUGA:Apa Itu 'Bogor Green Forest'? Berikut Penjelasan Lengkapnya
Berikut ini 3 puisi terbaik Sapardi yang bikin merinding.
1. Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita abadi
Memungut detik demi detik
Merangkainya seperti bunga
Sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa