Kolaborasi perdana dari Collabonation X dimulai dengan eksperimen antara Lomba Sihir, yang merupakan musisi dengan genre pop alternatif dan memiliki ragam lagu hitsnya.
Seperti Hati dan Paru-Paru, Mungkin Takut Perubahan, serta Polusi Cahaya, disandingkan dengan SambaSunda, grup musik tradisional asal Bandung yang gaya musiknya banyak dipengaruhi oleh budaya musik tradisi suku Sunda seperti Gamelan dan Degung Sunda.
Kolaborasi yang bertujuan menghasilkan karya audio visual ini semakin diperkuat dengan bergabungnya kolaborator dari sisi visual, yaitu Hebrew Fransa yang lebih dikenal dengan Mas Bruh.
Hebrew Fransa merupakan seorang visual artist yang pernah menghasilkan karya 3D-nya bersama dengan Glass Animals dalam AR (Augmented Reality) Filter di Instagram dan karya mixed media artwork untuk Synchronize Fest.
Karya visual menjadi elemen penting dalam pembuatan suatu karya musik. Selain menjadi bentuk ekspresi dari lagu tersebut, visual juga dapat digunakan sebagai komunikasi untuk menyampaikan pesan yang tertuang di dalamnya.
“Elemen visual, baik dari album art maupun video clip menjadi bagian yang sangat signifikan dari sebuah karya musik," ungkap Baskara Putra, salah satu personil Lomba Sihir.
"Karena visual yang kuat pasti mampu mengamplifikasikan lagunya. Inilah yang menjadikan proses kolaborasi di Collabonation X menjadi sebuah eksperimen yang sangat seru bagi kami para pelaku seni," jelasnya.
Melalui kolaborasi yang diwadahi IM3 ini, Lomba Sihir, SambaSunda, dan Hebrew Frasa bereksperimen membawakan karya dan menonjolkan ciri khas masing-masing dari mereka.
BACA JUGA:Harga Suzuki New XL7 Hybrid, 3 Varian Dengan 6 Pilihan
Lagu-lagu hasil karya Lomba Sihir ini diaransemen ulang dengan diiringi instrumen musik tradisional dari SambaSunda dan dilengkapi dengan karya visual 3D dari Mas Bruh yang menampilkan konsep full mix media pada setiap lagu yang dibawakan.
Salah satunya melalui lagu kolaborasi ‘Mungkin Takut Perubahan’ dengan visual full cityscape Jakarta, sehingga menghasilkan kolaborasi baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Ismet Ruchimat, Komposer dan Pendiri SambaSunda juga turut menyampaikan, “Saya melihat bahwa kolaborasi merupakan sebuah silaturahmi budaya, di mana ruang kreatif saat ini harus dipenuhi dengan cara berpikir kebersamaan."
BACA JUGA:Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, KLHK Gelar Festival Peduli Sampah Nasional 2023