JAKARTA, DISWAY.ID-Menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), pola pergerakan sel terorisme telah berubah dan serangan telah berkurang di Indonesia.
Polisi melakukan penindakan yang sangat keras.
"Sel-sel terorisme berubah pola gerakannya, dari hard jadi soft approach, di atas permukaan mereka menggunakan jubah agama. Di bawah permukaan mereka melakukan gerakan ideologis secara masif dan terstruktur,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel Rycko dalam keterangan persnya belum lama ini.
BACA JUGA:Memang Terkait NII, Tapi Al Zaytun Tak Bisa Dijerat UU Terorisme, Ini Penjelasan BNPT
Komjen Pol. Rycko menyatakan bahwa fenomena penurunan serangan teror oleh kelompok teroris dari 2018-2022 di Indonesia serupa dengan teori gunung es, karena kelompok tersebut tidak lagi secara terang-terangan melakukan serangan teror.
"(Teroris) melalui pendekatan lunak. Dibungkus dengan narasi dan simbol keagamaan,” ucap Komjen Pol. Rycko.
BACA JUGA:Tindak KKB di Papua, Aparat Diminta Jangan Ragu Gunakan Hukum Terorisme
Banyak masyarakat yang terhasut dengan narasi keagamaan teroris tersebut. Yang mengejutkan, secara sadar masyarakat setuju melakukan kekerasan atas nama agama.
“Tidak ada agama satu pun yang mengajarkan tentang kekerasan. Yang tidak bisa menerima perbedaan,” ujar Komjen Pol. Rycko.
BACA JUGA:BNPT Tutup 600 Situs Radikal yang Sebarkan 900 Konten Propaganda Terorisme
Maka itu, menurut Komjen Pol. Rycko, kerja sama stakeholder terkait merupakan kunci memutus mata rantai radikalisme dan terorisme. Seluruh unsur di negeri ini harus terlibat dalam pencegahan.
“Dalam menghadapi masalah atau fenomena sosial seperti ini, kami tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Multi-stakeholder collaboration is a must, semua berkolaborasi,” jelas Komjen Pol. Rycko