JAKARTA, DISWAY.ID - Harga minyak mentah dunia kembali anjlok pada pembukaan perdagangan Senin 17 Juli 2023 imbas Libya melanjutkan produksi minyak mentahnya.
Sementara China, importir minyak mentah terbesar dunia, diperkirakan akan merilis data ekonomi yang menunjukkan pemulihan ekonomi yang gagal pasca pandemi.
Harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,53% di posisi US$75,02 per barel, begitu juga harga minyak mentah brent dibuka terkoreksi 0,64% ke posisi US$79,36 per barel.
BACA JUGA:Durian Baret
Dengan demikian, sebagian besar masyarakat pun akhirnya mempertanyakan sikap pemerintah dalam hal ini Pertamina yang tidak diikuti penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite?
Sebab, jika diperhitungkan dari harga acuan minyak mentah dunia saat ini, sudah sepantasnya berdampak terhadap penurunan harga jual Pertalite.
Lantas, sebenarnya apa alasan kuat Pertamina sehingga tidak mengambil langkah penyesuain harga untuk BBM jenis pertalite di tengah anjloknya harga minyak dunia saat ini?
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) angkat bicara mengenai banyaknya pertanyaan tersebut.
Ia menjelaskan, bahwa harga BBM Pertamina tidak semuanya ikut turun ketika harga minyak mentah dunia melemah, terutama BBM bersubsidi (Pertalite).
"Untuk BBM subsidi yakni Pertalite dan Solar, harganya memang tidak serta-merta berubah mengikuti perkembangan harga minyak mentah global, karena ada penetapan harga dari pemerintah," kata Ahok di Gedung BUMN Jakarta, Rabu 19 Juli 2023.
"Selain itu, mempertimbangkan pula arus kas Pertamina," sambungnya.
Pertamina Nombok
Ahok menjelaskan secara rinci, bahwa pada prinsipnya pemerintah menetapkan nilai subsidi untuk Pertalite sebesar Rp 1.100 per liter yang dibayarkan ke Pertamina.
Artinya, ketika harga minyak mentah naik, besaran subsidi yang dibayarkan pemerintah itu, tidak ikut naik.