Bak Hitler, Inilah Kisah Raymond Westerling, Penjahat Perang Brutal atas Genosida di Sulawesi Selatan

Selasa 15-08-2023,08:40 WIB
Reporter : Lebrina Uneputty
Editor : Lebrina Uneputty

Dia menuturkan kisah perang yang selama ini ditutupi ayahnya.

Pembantaian Westerling

Seperti diketahui, setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia masih harus menghadapi Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia setelah Jepang pergi.

Dalam Tragedi Patriot dan Pemberontak Kahar Muzakkar, Belanda melakukan agresi militer, memecah Indonesia dengan mendirikan negara-negara boneka berbentuk federal. 

Salah satunya, Belanda ingin mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT) dengan Makassar sebagai ibu kotanya. 

BACA JUGA:Wartawan Perang

Pada akhir 1946, 120 orang dari pasukan khusus DST dan komandannya, Westerling, dikirim ke Makassar.

Mereka tiba dengan kapal pada 5 Desember 1946. Mereka ditugasi untuk menumpas pemberontak.

Pemberontak adalah kelompok nasionalis atau republikein, rakyat revolusioner yang mendukung kemerdekaan Republik Indonesia.

Sesampai di Makassar, dia membangun kamp di Mattoangin. Pagi pagi hari, dari kamp, mereka bergerak ke kampung Batua.

Aksi pembantaian Westerling pertama dilakukan pada 12 Desember 1946, dengan menyisir Kampung Batua dan menangkap beberapa orang yang dicurigai sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia. 

Westerling kemudian memerintahkan untuk membunuh orang-orang yang dicurigai sebagai pejuang kemerdekaan tersebut di hadapan masyarakat. 

Kekejaman itu merupakan awal dari teror yang dilakukan oleh Westerling dan pasukannya selama tiga bulan berikutnya. 

Pasukan Westerling melakukan teror dengan menyiksa orang yang dicurigai sebagai pejuang kemerdekaan di depan keluarganya sebelum akhirnya dibunuh. 

Selain itu, Westerling dan pasukannya juga melakukan teror dengan membakar rumah warga dan melemparinya dengan granat. 

Teror yang dilakukan Westerling sebagai pemimpin pasukan DST menelan korban sedikitnya 40.000 orang. 

Kategori :