Ratu Wilhelmina juga mengirim pasukan untuk menduduki Indonesia kembali secara paksa.
Namun pada akhirnya, Ratu Wilhelmina dan bangsa Belanda harus menerima kenyataan kehilangan tanah jajahan yang sangat berharga bernama Indonesia.
Di era kekuasaan Wilhelmina lah, posisi Belanda sebagai penguasa kolonial berakhir.
Pasca Indonesia Merdeka, kondisi kesehatan Ratu Wilhemina menurun.
Ia kehilangan negara jajahan dan kecewa terhadap politik sebelum perang.
Untuk sementara waktu menyerahkan tugas monarkinya kepada Putri Juliana menjelang akhir tahun 1947 (14 Oktober hingga 1 Desember).
Wilhemina mempertimbangkan untuk turun tahta, namun putrinya mendesaknya untuk tetap tinggal demi stabilitas bangsa.
Kelelahan dan sakit memaksanya untuk melepaskan tugas monarki kepada Juliana lagi pada tanggal 12 Mei 1948, karena usia lanjut dan penyakit, dia menyerahkan mahkotanya kepada Juliana dan karenanya diberi gelar "Yang Mulia Putri Wilhelmina dari Belanda".
Sejak saat itu, pengaruh monarki Belanda terus menurun.
Wilhelmina akhirnya turun tahta pada tanggal 4 September 1948 setelah memerintah selama 57 tahun 286 hari.
Tidak lagi menjadi ratu, Wilhelmina mundur ke Istana Het Loo, hanya tampil sedikit di depan umum hingga negara Belanda hancur akibat banjir Laut Utara pada tahun 1953.
Wilhelmina meninggal karena serangan jantung di Istana Het Loo pada usia 82 tahun pada 28 November 1962.
Ia dimakamkan di ruang bawah tanah keluarga kerajaan Belanda di Nieuwe Kerk di Delft, pada 8 Desember.
Profil Ratu Wilhemina