Gunung Anak Krakatau adalah sebuah pulau vulkanik teletak di selat Sunda di Indonesia.
BACA JUGA:Sweet Banget! Nathalie Holscher Dilamar Ladislao Camara di Puncak Gunung Gede
BACA JUGA:Kebakaran Gunung Penanggungan Mojokerto, Api Merambat ke Gunung Sarang Kelapa
Pada tanggal 29 Desember 1927, Anak Krakatau pertama kali muncul dari kaldera yang terbentuk pada tahun 1883 akibat letusan gunung berapi eksplosif yang menghancurkan pulau Krakatau .
Telah terjadi aktivitas letusan sporadis di lokasi tersebut sejak akhir abad ke-20, yang berpuncak pada runtuhnya gunung berapi besar-besaran di bawah air yang menyebabkan tsunami mematikan pada bulan Desember 2018.
Sejak saat itu, terdapat aktivitas berikutnya lantaran usianya yang masih muda, pulau ini adalah salah satu dari beberapa kawasan yang menarik, dan menjadi subjek studi ekstensif oleh para ahli vulkanologi.
Pasca bencana letusan gunung Krakatau pada tahun 1883, Pulau Krakatau kehilangan sekitar dua pertiga tubuhnya di sisi barat laut, melenyapkan puncak Perboewatan dan Danan, dan hanya menyisakan separuh bagian selatan pulau, termasuk gunung berapi Rakata, sebagai yang terakhir.
BACA JUGA:Kebakaran Hutan di Kaki Gunung Rinjani Hanguskan 95 Hektar Lahan
BACA JUGA:Gunung Ile Lewotolok NTT Kembali Erupsi, PVMBG : Warga Diimbau Menggunakan Masker
Sisa pulau aslinya dan daerah yang hilang menjadi laut dangkal.
Pada awal tahun 1927 aktivitas vulkanik mulai terlihat di titik yang terletak di antara bekas puncak Gunung Perboewatan dan Gunung Danan.
Ini adalah penampakan singkat dari sebuah pulau kecil yang tenggelam oleh gelombang laut dalam waktu seminggu.
Beberapa bulan kemudian, aktivitas vulkanik mulai menciptakan formasi daratan yang lebih permanen yang akibat hujan dan gelombang, kembali runtuh di bawah laut setelah aktivitas vulkaniknya terhenti.
Proses ini berulang beberapa kali selama tiga tahun berikutnya.
BACA JUGA:Kebakaran Hutan Lindung di Gunung Lawu Meluas Hingga 150 Hektare