GAZA, DISWAY.ID -- Korban serangan udara Israel di Jalur Gaza bagian selatan terus bertambah.
Informasi terbaru dilansir dari Al Jazeera, jumlah korban jiwa telah mencapai 20.000 warga sipil Palestina.
Dari 20.000 di antaranya 8.000 lebih anak-anak tak berdosa dan 6.200 wanita meninggal dunia, menurut laporan Media Pemerintah Gaza.
BACA JUGA:Abu Ubaidah Klaim Hamas Hancurkan 41 Kendaraan Militer Israel, 25 Tentara Tewas!
Ini menjadi tonggak sejarah peperangan terburuk, paling suram terjadi ketika Dewan Keamanan PBB ketiga kalinya menunda pemungutan suara penting mengenai upaya untuk meningkatkan penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Penundaan tersebut lantaran dengan sombongnya Amerika Serikat menggunakan hak vetonya untuk melindungi sekutunya Israel dari tindakan PBB. Hal ini terus memperburuk keadaan di Gaza.
Al Jazeera menyebut pengiriman bantuan kemanusiaan baru dua kali masuk ke Gaza dari Rafah. Sementara ratusan truk pengangkut tak bisa masuk.
BACA JUGA:Kemlu Pastikan Tidak Ada WNI yang Jadi Korban Gempa di Tiongkok
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, "Konflik akan terus berlanjut dan perlu dipindahkan ke fase intensitas yang lebih rendah."
Blinken mengatakan Israel perlu melakukan peralihan target operasinya secara terukur dengan menerjunkan jumlah pasukan lebih kecil.
Ia menginginkan Israel fokus menargetkan kepimpinan Hamas, dan mencari jaringan terowongannya.
"Kami berharap dan ingin melihat peralihan ke operasi Israel yang lebih tertarget dengan jumlah pasukan lebih kecil, yang benar-benar fokus menangani kepimpinan Hamas, jaringan terowongan dan beberapa penting lainnya," katanya.
BACA JUGA:RS Indonesia Jadi Markas IDF, MER-C: Kami Mengecam Cara Kotor Mereka
Jika itu dapat dilakukan Israel, katanya, jumlah korban sipil dapat diminimalisir.
"Ketika hal tersebut terjadi, saya pikir Anda akan melihat bahwa kerugian yang ditimbulkan terhadap warga sipil juga berkurang secara signifikan," tambahnya.