JAKARTA, DISWAY.ID - Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir menyerukan larangan Muslim Palestina mengunjungi Masjid Al-Aqsa selama bulan Ramadhan mendatang, Sabtu 17 Februari 2024.
Menurut penyiar Israel Channel 12, Ben-Gvir juga mendorong untuk melarang warga Palestina di Israel yang berusia di bawah 70 tahun memasuki situs tersebut, dengan mengklaim bahwa pembatasan usia tersebut diperlukan untuk alasan keamanan.
Namun, saluran tersebut melaporkan bahwa pasukan polisi Israel tidak setuju dengan menteri sayap kanan tersebut dan mendukung masuknya warga Palestina berusia di atas 45 tahun ke kompleks Al-Aqsa.
BACA JUGA:Putin Klaim Rebut Kota Avdiivka Sebagai Simbol Kemenangan, Ukraina Tarik Mundur Pasukan
BACA JUGA:Raffi Ahmad Banjir Hadiah Ultah, Spill Kado dari Adik Nagita Slavina, Rafathar, dan Cipung
Sementara itu, Shin Bet, Badan Keamanan Dalam Negeri Israel meyakini tidak boleh ada batasan bagi warga Palestina untuk mengunjungi situs suci tersebut.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan bertemu dengan politisi kontroversial tersebut pada hari Minggu, bersama dengan kabinet perang Israel, mengenai posisi terbarunya.
Publikasi berita Israel The Times of Israel melaporkan bahwa pemerintahan Biden telah menyampaikan keprihatinannya kepada pemerintah Israel atas proposal Ben-Gvir yang menghasut.
Menurut para pejabat, AS mengatakan menteri tersebut mungkin memicu ketegangan di Al-Aqsa selama bulan Ramadhan, yang akan dimulai sekitar 10 Maret.
BACA JUGA:Donald Trump Divonis Denda Rp 5,5 Triliun atas Kasus Penipuan Bisnis di New York
BACA JUGA:Pangeran Harry Blak-Blakan Ungkap Kondisi Terbaru Raja Charles III yang Mengidap Kanker
Selain itu, hal ini mungkin memicu isu sentral seputar Yerusalem di tengah meningkatnya permusuhan di Timur Tengah.
Pada tahun-tahun sebelumnya, warga Palestina telah mengalami kekerasan di wilayah pendudukan yang dipicu oleh kelompok pemukim Israel yang menyerang jamaah yang akan salat di Masjid Al Aqsa di Yerusalem.
Kunjungan presiden sayap kanan Argentina Javier Milei ke Israel juga mendapat reaksi balik karena semakin mengobarkan ketegangan di wilayah tersebut.
Para aktivis pro-Palestina menuduh Milei menyerukan pembangunan kembali 'Kuil Kedua' di Yerusalem, yang juga sejalan dengan tuntutan utama ekstremis sayap kanan Israel seperti Ben-Gvir.