JAKARTA, DISWAY.ID -- Penerapan prinsip Environmental (lingkungan), Social (sosial) dan Governance (ESG) menjadi komitmen PT Bank Rakyat Indoensia (Persero) Tbk atau BRI dalam menjalankan proses bisnis dan operasionalnya.
“Masih diingat ya bahwa BRI memang first mover untuk green financing di ESG. Kami memiliki komitmen untuk mengimplementasikan ESG,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam sebuah wawancara belum lama ini.
Salah satu bukti nyatanya, yakni lewat Komite ESG yang dibentuk pada 2021, merupakan forum bagi jajaran manajemen dalam memonitor dan mengevaluasi implementasi ESG di BRI.
BACA JUGA:Tiket Kereta Api Lebaran 2024 Sudah Terjual Ratusan Ribu, KAI Ungkap Puncak Keberangkatan
BRI juga telah memiliki organisasi tersendiri ESG Division pada 2022.
“Karena urusan ESG ini bukan sekedar masalah, tetapi juga strateginya dan implementasinya. Untuk itu kami tempatkan dalam satu divisi khusus di situ,” tambahnya.
Dari sisi bisnis dan kaitannya dengan aspek environment, BRI telah melakukan perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dilakukan sejak tahun 2020.
Pada tahun 2022, BRI menyempurnakan perhitungan tersebut yang mencakup emisi Scope 1, Scope 2, dan Scope 3 termasuk financed emissions, yaitu emisi yang dihasilkan atas Investasi dan pembiayaan yang dilakukan oleh BRI.
BACA JUGA:Insecure Gara-gara Lemak Punggung Bagian Bawah Membesar? Tenang, Simak 6 Cara untuk Menghilangkannya
Dari perhitungan tersebut, BRI menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca menggunakan baseline year tahun 2022, serta menetapkan target Net Zero Emission pada tahun 2050 untuk emisi Scope 1, Scope 2, dan Scope 3 kategori financed emissions yang mengacu pada Science-Based Target Initiatives (SBTi).
Upaya penurunan emisi karbon ini dilakukan melalui berbagai inisiatif baik bisnis maupun operasional dalam pengelolaan emisi karbon.
Dari sisi bisnis, Komitmen BRI dalam implementasi ESG tercermin dari portofolio pembiayaan berkelanjutan (sustainable financing portfolio) BRI pada akhir Desember 2023 yang mencapai Rp777.3 triliun, atau setara 67,1% dari total kredit yang disalurkan serta investasi surat berharga korporasi berbasis ESG.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, penyaluran kredit berkelanjutan mayoritas tetap disalurkan kepada sektor UMKM dengan nilai sebesar Rp 690,4 triliun, kemudian disusul oleh pembiayaan kepada sektor hijau senilai Rp 82,3 triliun yang terdiri dari penyaluran kredit kepada sektor pengelolaan sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan yang berwawasan lingkungan senilai Rp 52,8 triliun, transportasi hijau sebesar Rp 11,2 triliun, energi terbarukan Rp 6 triliun, dan sektor Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL) lainnya sebesar Rp12,2 triliun.
BACA JUGA:Terbaru! Negosiasi Pembebasan Pilot Susi Air dari KKB Papua Berakhir Runyam, Ini Penyebabnya
Penyaluran kredit berkelanjutan ini tercatat tumbuh double digit 11,2% secara tahunan (yoy).