JAKARTA, DISWAY. ID - Bakteri misterius dan mematikan menyebar di Jepang.
Para ahli bingung bakteri apa yang menyerang 378 orang dalam 2 bulan pertama di tahun 2024.
Para ahli memastikan ini adalah infeksi bakteri.
BACA JUGA:Berkat Pandemi Covid-19, Ada 90% Kasus Baru TBC Ditemukan
Namun para ahli masih menyelidiki jenis bakterinya seperti dikutip dari WION.
Infeksi bakteri ini menyebar di Jepang dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pihak berwenang sedang berjuang untuk mengetahui penyebabnya.
BACA JUGA:Mirip Covid-19, Vaksin TBC Jadi Kunci Keberhasilan Eliminasi Kasus
Diduga Penyakit STSS
Menurut data dari National Institute of Infectious Diseases (NIID), ini merupakan jenis lain dari kasus penyakit streptokokus grup A – sindrom syok toksik streptokokus (STSS).
Pada tahun 2024 diperkirakan akan melampaui rekor sebelumnya pada tahun 2023.
Sementara total 941 kasus tercatat pada tahun lalu, 378 kasus telah tercatat dalam dua bulan pertama tahun 2024.
“Banyak faktor yang tidak diketahui mengenai mekanisme di balik bentuk streptokokus fulminan (parah dan tiba-tiba), dan kami belum pada tahap di mana kami bisa menjelaskannya,” kata NIID dalam pernyataannya.
Sebanyak 45 di antaranya telah mencatat kasus STSS sepanjang tahun ini.
BACA JUGA:Ahli Spesialis Paru UI Ingin Penyakit Tuberkulosis Ditangani Seperti Covid-19
Apa penyebab STSS?
Penyebab utama STSS adalah bakteri yang dikenal sebagai Streptococcus pyogenes, sering disebut sebagai strep A.
Bakteri ini biasanya menyebabkan sakit tenggorokan, terutama pada anak-anak, dan banyak orang tanpa sadar mengidapnya tanpa menunjukkan gejala.
Namun, sifat bakteri yang sangat menular dapat menyebabkan penyakit parah, komplikasi kesehatan, dan bahkan kematian, terutama pada orang dewasa berusia di atas 30 tahun, dengan sekitar 30 persen kasus STSS berakibat fatal.
BACA JUGA:Jelang Mudik Lebaran 2024, PAPDI Minta Kemenkes Anjurkan Masyarakat Vaksin Booster Covid-19
Bahkan orang dewasa pun bisa terkena penyakit ini.
Meskipun orang yang lebih tua secara tradisional dianggap lebih rentan, data terbaru dari NIID mengungkapkan adanya tren peningkatan angka kematian di antara pasien di bawah 50 tahun akibat strain Grup A.
Menurut laporan surat kabar Asahi Shimbun, dari 65 orang berusia di bawah 50 tahun yang didiagnosis menderita STSS antara bulan Juli dan Desember 2023, sekitar sepertiga, atau 21 orang, meninggal karena infeksi tersebut.
Status imunologi masyarakat setelah pulih dari Covid-19 mungkin mungkin terjadi.
Hal itu bisa saja membuat seseorang lebih rentanterhadap beberapa mikroorganisme.
“Kita perlu memperjelas siklus infeksi penyakit streptokokus pyogenes invasif yang parah dan segera mengendalikannya,” katanya seperti dikutip Guardian.