Ahli Spesialis Paru UI Ingin Penyakit Tuberkulosis Ditangani Seperti Covid-19

Ahli Spesialis Paru UI Ingin Penyakit Tuberkulosis Ditangani Seperti Covid-19

Ilustrasi penyakit tuberkulosis-Ahli Spesialis Paru UI ingin TB ditangani seperti Covid-19-Freepik

JAKARTA, DISWAY.ID - Indonesia menargetkan tahun 2030 penyakit tuberkulosis nol atau tereliminasi.
 
Berkaca dari pandemi Covid-19, yang akhirnya bisa berubah dari pandemi menjadi endemi, semestinya edukasi dan penuntasan penyakit tuberkulosis juga diperlakukan sama. 
 
Hal itu diungkapkan Ahli Spesialis Paru Universitas Indonesia (UI) Prof. Erlina Burhan dalam pengukuhan profesor atau guru besar tetap dengan orasi ilmiah
Orkestrasi Menuju Eliminasi Tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2030.
 
Dia menyoroti kasus Tuberkulosis (TB) di Indonesia yang mengalami pola peningkatan dari tahun ke tahun.
 
"Saya sangat iri dengan (penanganan) Covid. Pada saat pandemi Covid, semua orang berbicara tentang itu. Media massa mengulas tentang itu dan
edukasi ada di mana-mana, mulai dari siang-malam, (yang disampaikan) orang medis dan orang awam, sehingga masyarakat tersadarkan. Jika ini kita lakukan untuk TB, saya yakin TB juga bisa dieliminasi,” kata Prof. Erlina. 
 
Untuk mengakhiri epidemi TB pada 2030 dan menekan kasus TB kurang dari 1 kasus per 1 juta penduduk pada 2050, Indonesia menjalankan upaya eliminasi TB yang selaras dengan program End
TB Strategy yang diinisiasi oleh WHO.
 
Tiga pilar utama dalam program tersebut mencakup pelayanan dan pencegahan TB yang terintegrasi dan berpusat pada pasien; kebijakan dan komitmen
politik dalam sektor kesehatan untuk eliminasi TB di Indonesia; serta penelitian dan inovasi dalam menyikapi tantangan terkait TB di Indonesia.
 
End TB Agenda menargetkan penurunan angka kematian TB sebanyak 90%, penurunan kasus TB sebanyak 80%, serta peniadaan beban biaya yang ditanggung oleh pasien TB dan keluarga pada 2030. Prof. Erlina berpendapat bahwa target ini tidak akan tercapai jika masyarakat masih bersikap
“business as usual”.
 
Untuk itu, ia mendorong agar seluruh pihak mampu mengoptimalkan apa yang ada sambil mendorong segala inovasi pada diagnosis dan skrining TB, termasuk penerapan kecerdasan buatan, pencegahan, pengobatan dan penerapan paduan pengobatan baru, serta vaksin
baru pengganti Bacille Calmette-Guerin (BCG).
 
 
Mengenal TB atau TBC
 
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
 
Berdasarkan data yang dirilis oleh WHO Global TB Report, ada 834.000 insiden (kasus baru) di Indonesia pada 2010 yang meningkat menjadi 842.000 di tahun 2019 dan puncaknya mencapai 1.060.000 kasus pada 2022. 
 
“WHO Global TB Report 2023 juga merilis bahwa pada tahun 2022, angka mortalitas pasien TB tanpa HIV dan TB dengan HIV di Indonesia secara berturut-turut sebanyak 134.000 dan 6.700 kasus. Apabila dijumlahkan, total pasien TB yang meninggal selama setahun sebanyak 140.700, yang artinya, terdapat 385 pasien meninggal setiap harinya atau 16 orang meninggal setiap jamnya karena TB,” ujar Prof. Erlina.
 
 
Menular dan Tak Patuh Minum Obat
 
Permasalahan TB bertambah karena belum optimalnya temuan kasus, sehingga menjadi sumber
penularan di masyarakat, serta rendahnya kepatuhan pasien TB dalam pengobatan yang menyebabkan meningkatnya risiko TB resisten obat.
 
Selain itu, di bidang sosio-ekonomi, pasien TB menghadapi stigma, diskriminasi, hingga kehilangan kesempatan untuk belajar, bekerja, dan bermasyarakat.
 
Secara global, sekitar 50% pasien TB dan keluarganya menghadapi pengeluaran total melebihi pendapatannya hingga lebih dari 20%, yang terdiri dari pengeluaran biaya medis langsung, biaya non medis, dan biaya tidak langsung seperti kerugian pendapatan.
 
Oleh karena itu, ia menilai bahwa penanggulangan TB harus melibatkan semua instrumen yang ada.Dibutuhkan kolaborasi yang melibatkan kesadaran dan motivasi berbagai pihak, seperti presiden dan wakil presiden, para menteri, kepala daerah, pelaku usaha, organisasi profesi, masyarakat agama dan budaya, dan institusi pendidikan untuk menciptakan orkestrasi eliminasi TB 2030.
 
Orkestrasi aksi
pemberantasan TB secara nasional penting dilakukan demi menghasilkan luaran yang optimal.
 
Penelitian Prof. Erlina terkait eliminasi TB ini merupakan satu dari sekian banyak penelitian yang dilakukannya.
 
Beberapa di antaranya adalah Characteristics of Drug-sensitive and Drug-resistant Tuberculosis Cases among Adults at Tuberculosis Referral Hospitals in Indonesia (2022), Treatment
Strategy for Rifampin-Susceptible Tuberculosis (2023), Evaluation of Safety and Effectiveness of Remdesivir in Treating Covid-19 Patients after Emergency Use Authorization Study (2023), dan Characteristics and Outcomes of Patients with Severe Covid-19 in Indonesia: Lessons from the First Wave (2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: