JAKARTA, DISWAY.ID - Sejumlah peziarah yang datang ke TPU Semper, Cilincing, Jakarta Utara terjadi peningkatan volume. Mereka berbondong-bondong datang dengan kendaraan yang didominasi mobil dan motor.
Peningkatan jumlah peziarah juga berpengaruh pada penjualan bunga tabur di sekitar makam. Salah satu penjual bernama Marhamah (40) yang sudah berjualan 10 tahun di TPU Semper.
Marhamah mengeluhkan kepada petani yang menaikan harga bunga pada saat momen Lebaran Idul Fitri. Selain karena stok yang menipis, hal tersebut juga tidak diimbangi dengan daya beli masyarakat yang tinggi.
BACA JUGA:Berkah Lebaran, Penjual Bunga Tabur di TPU Semper Raup Untung Hingga 10 Kali Lipat
"Meningkat harga bunganya, jauh meningkat, cuma kalau di hari besar gini kembangnya mahal susah ," ujar Marhamah, Jumat 12 April 2024.
"Iya dari petaninya kan pada ini, mintanya harga mahal jadi udah gitu pun tergantung dari kembangnya kalau lagi musimnya tidak banyak, tapi kalau lagi inggap kan kita juga susah tanya," sambungnya.
Lebih lanjut, Marhamah mengaku harus membeli 30 sampai 50 kantung bunga untuk ketersediaan stok pada saat momen Lebaran Idul Fitri. Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan hari-hari biasa yang hanya 5 kantung saja.
"Kalau untuk di hari biasa, kita kadang paling abis, paling banyak lima kantong. Tapi kalau untuk di lebaran, untuk di hari besarnya nih, bisa sampai 30 kantong. Itu seharinya bisa sampai 50 kantong. Tergantung banyak pengunjungnya," tutur Marhamah.
Karena ketersediaan stok bunga yang menipis, Marhamah mengaku terpaksa menaikkan harga bunga tabur ke para peziarah. Jika hari biasa dijual Rp20 ribu per kantung, Marhamah mematok harga Rp50 ribu saat momen lebaran.
BACA JUGA:Jasa Marga Catat Peningkatan 81.753 Kendaraan pada H+1 dan H+2 Lebaran
"Karena kita juga dari petannya udah naik jadi kita juga ngikut naik jadi karena susah itu akhirnya naik akhirnya naik itu karena susah barang," ujarnya.
"Biasa kita jual per kantong Rp20.000, tapi kalau di hari besar sekantongnya Rp50.000, paling murah Rp40.000," pungkasnya. (Hasyim Ashari)