Maraton Pilpres

Jumat 26-04-2024,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

ANDA sudah hafal cerita ini. Banyak ditulis di medsos. Juga diajarkan di sekolah-sekolah etika. Di pengajian. Di penginjilan. Yakni soal pelari maraton atau pembalap sepeda. 

Pelari dari Afrika selalu di depan. Jauh. Meninggalkan pelari negara-negara lain. Pun yang di urutan nomor dua: jauh tertinggal di belakang si Afrika. 

Mungkin karena kelelahan si pelari Afrika mengira sudah sampai garis finish. Ia berhenti berlari. Duduk. Lalu rebahan. Gemuruh tepuk tangan ia kira merayakannya sebagai juara. 

Ketika pelari urutan kedua mendekati finish ia juga berhenti. Ia raih tangan pelari Afrika. Agar bangkit. Berlari lari. Tinggal beberapa langkah lagi mencapai finish. Maka si Afrika tetap jadi juara. Yang di urutan kedua tetap runner-up –meski kesempatan menjadi juara begitu besarnya. 

"Mengapa Anda lakukan itu?" tanya wartawan ke yang runner-up. "Saya sudah melakukan yang terbaik," jawabnya. 

"Kenapa Anda tidak mau jadi juara?" tanya wartawan lagi. 

"Untuk apa? Ia-lah yang memang layak jadi juara. Bukan saya," jawabnya lagi. 

Banyak versi cerita mirip itu. Anda pun bisa membuat versi Anda sendiri. Intinya: etika harus dijunjung tinggi. Sportivitas harus diutamakan. Juga harus dibiasakan. Bahkan diajarkan secara turun-temurun. 

Beberapa versi cerita serupa banyak muncul lagi belakangan ini. Sebelum dan sesudah putusan mahkamah konstitusi –yang menolak gugatan pasangan Anies Baswedan dan pasangan Ganjar Pranowo. Akibat penolakan itu sahlah sudah: Prabowo Subianto menjadi presiden terpilih Indonesia –dan Gibran sebagai wakil presiden. Tinggal tunggu pelantikannya Oktobet depan. 

Anda pun tahu: apa maksud cerita seperti itu dimunculkan kembali. Intinya: mengapa dalam pemilihan presiden tidak terjadi penegakan etika seperti di cerita maraton tadi. Lalu akan jadi apa bangsa ini ke depan: bangsa tanpa moralitas. 

Tentu Pilpres bukanlah sebuah lomba maraton –meski lelahnya lebih hebat. Menjadi juara maraton merupakan kebanggaan personal. Dampaknya juga lebih banyak personal. 

Beda dengan Pilpres. Juaranya akan menjadi presiden sebuah republik besar. Sang juara menentukan nasib 270 juta rakyat Indonesia. Maka dalam ”lomba balap” presiden menjadi juara bukanlah tujuan utama. Yang terpenting adalah: mau apa setelah jadi juara. 

Para calon presiden punya gagasan besar di balik keinginannya memenangkan maraton. Gagasan besar itu yang terangkum dalam sebuah ambisi. Etika dianggap menghambat ambisi. Bahkan lebih dari etika: hukum pun dilanggar demi ambisi itu. 

Mereka yang punya gagasan besar itu pasti punya alasan pembenar: mengapa etika dikalahkan. Mengapa hukum dilanggar. Alasan itu sering dibungkus dalam kemasan yang indah: demi kepentingan umum. Demi kemajuan. Demi kepentingan yang lebih besar. Demi negara. 

Maka membunuh PKI, bagi mereka, satu keharusan. Membunuh preman dianggap jalan pintas. Melakukan revolusi itu apa boleh buat. Kudeta pun punya pembenarannya sendiri. 

Sial kita saja: kalau semua pelanggaran etika dan hukum itu mereka lakukan ternyata kepentingan umumnya tetap nol. Kemajuan bangsanya tidak nyata. (DAHLAN ISKAN)

 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan pada Edisi 25 April 2024: Debat Perpuluhan

djokoLodang

--o-- MIMPI TRIMAN Triman punya istri yang cantik dan baik hati, Merasa dirinya tidak begitu tampan, dia sering merasa heran kenapa bisa punya istri cantik. Suatu malam dia bermimpi bisa berdialog dengan Tuhan. "Ya Tuhan, mengapa istri saya sangat cantiik?" Tuhan menjawab: "Itu lah sebabnya kamu mencintainya." "Tuhan, kenapa saya diberi istri yang amat baik hati?" Jawab Tuhan masih sama: "Itu lah sebabnya kamu sayang sama dia." "Tapi, Tuhan, kenapa istri saya bodoh sekali?" Kali ini jawab Tuhan sedikit berbeda: "Itu lah sebabnya dia memilih kamu!". --jL-- * Triman pun langsung terbangun.

Mbah Mars

INTERMEZZO Kitab sucinya satu tetapi tafsirnya banyak. Ayatnya sama tetapi interpretasinya beda. Di semua agama sama seperti itu. Ada madzab-madzab dan sekte-sekte. Perang tafsir juga terjadi antara dua pendeta yang beda sekte. Pendeta Bolkin dan Pendeta Jabrix sering sekali beradu argumen. Pendeta Bolkin: “Sahabatku, rupa-rupanya, sekuat apapun kita berusaha kita tetap akan sering berseberangan jalan. Mustahil akur dalam satu pemahaman” Pendeta Jabrik:”Iya, sampai-sampai kita diam-diaman. Tidak saling sapa dalam waktu yang lama” Pendeta Bolkin: “Kalau dibiarkan berlarut-larut bisa mengancam persahabatan kita. Kita harus mencari solusinya” Pendeta Jabrik: “Apakah, kau punya ide ?” Pendeta Bolkin: “Bagaimana kalau kita sepakat meyakini keyakinan kita masing-masing dan tidak lagi ada debat ?” Pendeta Jabrik: “Oke. Saya setuju” Pendeta Bolkin: “Lebih kongkritnya, silahkan kau beribadah dengan caramu dan aku beribadah dengan caraNya” Setelah dialog itu, api “permusuhan” justru semakin membara.

Lagarenze 1301

Santai sejenak. Melly, guru yang bahenol itu, begitu pulang ke rumah langsung melapor ke suaminya. "Pa, tadi siswa-siswa saya pada berkelakuan aneh." "Emang apa yang terjadi, Ma?" "Tau, tuh. Si Rendi, si Farid, dan ada juga si Bolkin anak tetangga kita Mbah Mars, pada sibuk ngambilin barang-barangnya yang jatuh ke lantai. Ada saja yang jatuh. Pensil, penggaris, tipex, pokoknya satu per satu jatuh dan mereka menunduk ngambilnya." "Wahhhh.... Mama, mereka itu siswa nakal. Mereka berkelakuan seperti itu pasti karena mau ngintip warna celana dalam Mama." "Tenang saja, Pa. Mereka pasti kecewa. He-he-he, soalnya tadi pagi saya ke sekolah nggak pakai...." Si suami langsung pingsan.

Lagarenze 1301

Saat berada di gereja, seorang pria mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari sakunya, memilih satu lembaran Rp 10.000, lalu memasukkannya ke dalam keranjang sumbangan. Setelah memasukkan uang tadi, pria tersebut merasakan tepukan di bahunya. Ia berbalik dan seorang wanita tua di belakangnya diam-diam menyerahkan uang Rp 100.000 kepadanya. Pria itu terkejut melihat kemurahan hati si wanita tua dan bertanya-tanya dalam hati, mengapa tidak melakukannya sendiri. Pria itu lalu memasukkan uang pecahan Rp 100.000 dari wanita tadi ke dalam keranjang sumbangan.  Baru berjalan selangkah, ia merasakan tepukan lagi di bahunya, dan ketika ia berbalik, wanita tua itu berkata: “Itu uang Rp 100 ribu milikmu. Aku mencoba memberitahumu bahwa itu jatuh dari sakumu.”

Liam Then

Selama manusia yang atur tentu ada "modifikasi" dari niat Tuhan sebenarnya. Pencipta Segala Apa di Dunia ini, tak perlu 10% anda. Yang butuh tentu manusianya. Saya sering tanya-tanya dalam hati, kalo sudah lihat rumah ibadah besar, kosong ,sepi, berpagar tinggi. Itu dibangun tentu dengan donasi ummat. Untuk apa punya gedung ibadah megah, jika masih banyak umat yang menderita? Apakah gedung ibadah megah yang berpagar tinggi dan berkunci itu, adalah cermin ego manusia, yang di bungkus rapi dengan omongan memuliakan rumah Tuhan Tuannya seluruh dzat.

Gregorius Indiarto

Saya kok tidak yakin kalau Tuhan minta "pajak penghasilan" 10%. Tuhan itu maha kaya lho!! Tuhan minta agar kita saling mengasihi sesama manusia. Met sore, salam sehat, damai dan bahagia.

Johannes Kitono

Ini cerita teman yang pernah ketemu Pendeta GL di lobby gedung di New York. Pendeta yang dulu pernah di Apartenen Taman Anggrek dan hobby badminton. Sedang menunggu jemputan dari Jemaatnya. Tiba-tiba berhenti mobil Cadillac Fleetwood yang memiliki 4 pintu. Semua mata langsung terpana melihat mobil mewah tsb. Dengan sopan supir berseragam turun mau membuka pintu. Langsung teman yang iseng itu berteriak: " Hati-hati Bp Pendeta, mobil ini besar sekali dan pasti susah masuk pintu surga yang sempit ". Dengan kesal Pendeta GL langsung masuk ke mobil sambil banting pintu. Ternyata income Persepuluhan dari Jemaat bisa jadi kolektor Jam Rolex . Dan menikmati mobil Cadillac 4 pintu yang katanya tidak bisa ditembus peluru.

Aji Laksono

Sepanjang yang saya tahu di Gereja Mawar Sharon dalam 1 tahun hanya berkotbah 1 x tentang keuangan. Dalam acara Breakfast with God. Selebihnya kotbahnya adalah tentang Penginjilan. Kotbah yang sama dengan seorang Ev. Tidak yang melulu soal keuangan. Hanya 1/52 aja

Juve Zhang

Jualah semua harta dan serahakan ke pendeta...itu dari zaman dulu sering saya dengar...lah anda menjual semua lalu mau makan dari mana??? Malah jadi beban kekuarga besar....karena anda sudah menyerahkan semua ke Pak pendeta......tentu ada saja yg kena hipnotis...seruan ini dan betul betul menyerahkan semua uang nya...dan pak Pendeta senang hati menampungnya.....nasi sudah jadi bubur....entah kelanjutan hidup sang dermawan itu......beragam janji janji surgawi akan membuat manusia terhipnotis....menyerahkan semua uangnya....bukan 10%...kalau 10% itu masih "cincai" lah....tapi Taipan gede tentu keberatan 10% nya BCA kan lumayan trilyunan.....wkwkkw....tentu para Taipan juga dermawan....tapi 10% rasanya sayang ....mending di inestasikan lagi dan menciptakan Lapangan Kerja Baru....akhirnya banyak karyawan baru dan banyak pengangguran terserap....itu jelas Mulia....jadi anda mau nyumbang kemana ....mau bangun pabrik baru menyerap pengangguran.....rasa rasa nya anda lah yg layak menentukan....lah itu Uang anda....mengapa pak RT sibuk mengurus uang anda......wkwkkw

Ardi Suhamto

Ulangan 14: 22-23 "Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu." Sudah jelas kan perintah persepuluhan buat apa? Untuk Lewi ada lanjutan nya jg. bisa dibaca sampai ayat 29. Intinya persepuluhan itu dirayakan sama seperti Thanksgiving atau makan malam sebelum Imlek.

Selvi Apriliana

Apakah tanpa Agama, dimuka bumi ini akan damai ? Tidak ..Manusia tetap akan berkonflik dengan perbedaan suku, ras, dan warna kulit Apakah jika di dunia ini manusia hanya memiliki satu suku, satu ras dan satu warna kulit dan tanpa agama akan selalu damai ? Jawabannya tidak akan damai juga. Sesama teman, saudara, anak dan orang tua bisa saling bunuh2 an karena uang....jadi Agama, suku, ras, warna kulit bukan sumber akar konflik, yang bisa membuat perpecahan itu adalah keserakahan dan ego manusia itu sendiri

Fiona Handoko

selamat siang bp thamrin, bung mirza, bp agus, bp dg dan teman2 rusuhwan. jumat sore. seorang pria paruh baya, bersama seorang gadis yg jauh lebih muda. masuk ke toko perhiasan di mall. dia mengatakan kepada pemilik toko perhiasan. bahwa dia mencari cincin untuk pasangannya. penjual memeriksa stok, dan mengeluarkan cincin seharga 5 juta. sang pria melihat sejenak. dan berkata. "saya ingin yang bermata berlian." mendengar itu. sang penjual mengambil stok cincin yg lain. "ini koleksi cincin kami bermata berlian. harganya 85 juta." sang pria bertanya "cukup bagus modelnya. adakah model lain yg lebih istimewa?" sang penjual bergegas membuka kotak penyimpanannya. dan mengeluarkan sebuah cincin yg kilau berliannya bisa menyorot ke seluruh toko. "semoga anda suka. ini harganya 170 juta." mata wanita itu tidak berkedip memandang cincin tsb. seluruh tubuhnya sampai gemetar karna gembira. sang pria paruh baya berkata. "ok, kami ambil yg 170 jt. ini saya bukakan cheque 170 jt. hari senin pagi bisa anda cairkan. nanti senin sore baru saya ambil cincin ini." senin siang, penjual perhiasan itu dengan dongkol menelepon sang lelaki tua. "saldo anda tidak cukup." "saya tahu." kata lelaki tua itu dengan tenang. "ijinkan aku bercerita tentang akhir pekan ku yang luar biasa." ooh, rupanya dapat servis istimewa dari pacarnya

Juve Zhang

Konon di Tiongkok yg ramai sekarang ini "gereja bawah tanah"...artinya di rumah rumah ada sekumpulan orang yg beribadah....dan cerita youtuber itu meungkin benar....karena ada Yiutuber Amerika pernah masuk ke perkampungan naik sepeda dan orang disana bilang kami kampung kristen....orang Amerika nya malah jawab saya bukan Kristen ...wkqkkw...tempat ibadah Budha....Tao....pun semarak dengan umat yg berdoa....yg muslim pun banyak di Propinsi Timur....nampaknya semua berkembang dan tak terdengar adanya per puluhan di sana...tak dengar pendeta kaya raya disana...mungkin per puluhan tak menarik minat umat disana....yg penting Jangan korupsi duit rakyat....itu lebih bernilai dari hanya kisah per puluhan....cukup persembahan sukarela dari dompet Halal....daripada 10% dari Uang Korupsi.....

Wilwa

Dikutip dari Mati Ketawa Cara Rusia (yang kata pengantarnya ditulis Gus Dur): Seorang pastor Ortodoks, seorang pastor Katolik dan seorang rabbi Yahudi berbincang-bincang. “Berapa bagian dari uang sumbangan yang kau serahkan kepada Tuhan dan berapa bagian untuk dirimu sendiri?” pastor Katolik dan rabbi Yahudi bertanya kepada pastor Ortodoks. “Semua uang yang diterima Gereja, saya bagi dua bagian. Yang besar untuk Tuhan, yang kecil untuk saya sendiri.” “Well”, kata pastor Katolik, “saya membagi uang itu sama banyak. Sebagian untuk Tuhan, sebagian untuk saya sendiri.” “Saya lain”, kata rabbi Yahudi, “semua uang saya taruh dalam baki lalu saya hamburkan ke atas. Tuhan boleh mengambil berapa saja. Sisanya yang berjatuhan menjadi milik saya.”

Mbah Mars

Imran bin Hitthan bertubuh gempal, pendek, dan wajah yang jauh dari lumayan. Meskipun demikian ia dianugerahi Allah seorang istri yang cantik, tinggi semampai, dan langsing. Suatu hari ia menemui istrinya yang telah bersolek. Imran tak menguasai diri. Meskipun setiap hari bertemu, ia terkesima saat menjumpai istrinya. Imran berdiri terpaku. Tak bergerak. Tak berkata-kata. Hanya menatap dengan mata tak berkedip. “Kenapa sih bang?” kata istrinya tersenyum. “Demi Allah, engkau sungguh cantik,” jawab Imran terkagum. “Untunglah, kita berdua kelak jadi penghuni surga.” “Kau tahu darimana?” Imran bertanya heran. “Allah menganugerahimu seorang istri rupawan seperti aku, lalu Kau bersyukur. Sedangkan aku diuji oleh Allah dengan takdir suami buruk rupa sepertimu, lalu aku bersabar. Bukankah orang yang bersabar dan bersyukur kelak menjadi penghuni surga?”

 

 

Kategori :