Namun sebelum mengulas puasa Arafah, kita perlu tahu keistimewaan 10 hari pertama Dzulhijjah.
Puasa 10 hari pertama Dzulhijjah sendiri sudah kabarkan Allah SWT dalam Al-Quran pada surah Al-Fajr.
وَالْفَجْرِۙ ١ وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ ٢
"Demi waktu fajar, demi malam yang sepuluh." Surah Al-Fajar 1-2.
Sejumlah ulama menafsirkan jika yang dimaksud dari "Demi malam yang sepuluh" yakni malam-malam 10 hari pertama Dzulhijjah.
Pun demikian sebagian ulama lainnya berpendapat jika yang dimaksud ayat tersebut adalah malam-malam 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.
Dua pendapat ini boleh jadi sama-sama benar. Karena Allah SWT tidak mengatakannya secara spesifik.
Faktanya dalam kalender Islam ada dua momen dan waktu di mana terdapat 10 hari yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Yakni pertama 10 hari terakhir bulan Ramadhan dan 10 hari pertama Dzulhijjah. Inilah hikmahnya.
Sikap seorang muslim yang benar berada di pertengahan, tidak taklid kepada satu pendapat.
BACA JUGA:Jadwal Puasa Idul Adha 2024: Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah Lengkap Niat
Pahala Setara Jihad
Sementara Nabi-Nya, Muhammad SAW dalam riwayat Imam Al Bukhari menyebutkan puasa 10 hari pertama Dzulhijjah hari-hari paling mulia di sisi Allah SWT.
Sebab seorang muslim yang mampu menjalankan puasa 10 hari pertama Dzulhijjah, pahalnya setara jihad di jalan Allah.
"Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 'Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu 10 hari dari bulan Dzulhijjah.' Mereka (Sahabat Nabi) bertanya, 'Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?' Nabi menjawab, 'Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun'."
Hanya dengan melaksanakan amalan saleh seperti puasa di 10 hari pertama Dzulhijjah kita tak perlu pergi ke medan perang di masa perdamaian ini.