Sekali-kalinya Hidup

Selasa 04-06-2024,12:41 WIB
Oleh: Dr. Mahnan Marbawi MA

Yang patut dipelihara itu adalah pikiran sehat. Pikiran itu juga  tak ubahnya peliharaan.

Butuh dirawat dan diberi asupan yang bagus. 

Halnya peliharaan, baik hewan atau tumbuhan. Pikiran yang dirawat dengan asupan yang baik akan memberi manfaat untuk empunya.

Juga tanah pijakan tempat tumbuh dan berkembang pikiran, memberi dampak pula. 

Jadi soal hidup yang manfaat, dimulai dari peliharan pikiran yang sehat. 

Dan galibnya peliharaan, selalu ada hama. Hama dari pikiran adalah orientasi pemenuhan segala ego dan alter ego. 

Di zaman simulacra, alter ego terwadahi dalam gemerlap media sosial (medsos) di dunia maya.

Menjadikan peliharaan  berkembang biak, tak terurus. Menggurita menjadi adiksi keakuan dan ke up date-an. 

Menggugurkan sabda Romo Descartes, “Aku berpikir, maka aku ada”. Tertumbuk pada hastag, follow, like, subscribe, share, fyp (for your page), komen, dan emoticon palsu.

Bertumpu pada anggitan “update status dan komen, maka aku ada”. Dan Descartes pun terkapar di pojokan.

Tak peduli status atau komen itu manfaat atau tidak! Membahayakan atau tidak!

Seolah komentar itu adalah hewan liar yang sesukanya menghajar dan atau membela. 

Di dunia maya, status dan komen adalah asupan untuk alter ego. 

Faktanya banyak asupan itu hanya menjadi sampah- Hoaxs. Menumpulkan kepekaan nurani. (Kang Marbawi, 030624)

Kategori :