JAKARTA, DISWAY.ID -- Umat Islam di Indonesia sebentar lagi akan menyambut puasa sunnah di bulan Dzulhijjah 1445 Hijriah atau 2024 Masehi.
Timbul pertanyaan yang selalu terngiang-ngiang apakah niat puasa sunnah seperti puasa Dzulhijjah hingga Arafah dan puasa qadha wajib Ramadan bisa digabung?
Hal ini pernah ditanyakan kepada seorang jemaah kepada Ustaz Syafiq Riza Basalamah dalam ceramah kajiannya.
"Berkaitan dengan yang masih punya utang (puasa Ramadan), mana yang harus dia lakukan? Meng-qadha puasa atau puasa sunnah awal Zulhijah atau menggabungkan niatnya qadha dan puasa sunnah?
Secara tegas Ustaz Syafiq Basalamah menyebut niat puasa Dzulhijjah dan puasa qadha Ramadan tak bisa digabung.
Menurutnya, dalam perkara ibadah yang sunnah dan yang wajib tak bisa digabungkan.
"Jadi kalau menggabungkan nggak bisa, yang wajib digabung sama yang sunnah nggak bisa," tegasnya.
"Jadi emang kau meng-qadha atau puasa sunnah, baik mana yang lebih utama?" tambahnya.
Penceramah asal Jember, Jawa Timur itu kemudian memberi penjelasan terkait masalah utang puasa Ramadan yang wajib qadha.
BACA JUGA:Perbedaan Puasa Arafah di Indonesia dan Arab Kemungkinan Terjadi Lagi, Begini Penjelasan Kemenag
Puasa Ramadan secara hukum wajib bagi setiap muslim. Memang dalam kondisi tertentu seperti sakit tak disarankan puasa sehingga menjadi utang.
Nah, utang puasa Ramadan ini dikenal dengan istilah qadha. Seorang muslim wajib menggantinya di hari lain.
Kata Doktor Bidang Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah itu, amal soleh seperti ibadah wajib harus disegerakan, tak boleh ditunda-tunda.
"Kalau bicara meng-qadho memang kita dianjurkan untuk tidak menunda-nunda amal kebaikan, kata Abdullah bin Umar, 'Kalau kau sedang pagi nggak usah nunggu sore, kalau sore nggak usah nunggu besok pagi'. Segerakan amal soleh itu," bebernya.