SUATU saat saya bertemu anak muda. Asalnya kota kecil. Nilai di sekolahnya biasa-biasa saja. Ia pun hanya tamat SMA. Tidak kuliah. Tapi ia punya kemampuan –yang bagi orang lama seperti saya– menakjubkan.
Tentu ia punya nomor telepon banyak orang, termasuk nomor HP yang saya pegang. Saya pun ingin mengujinya.
"Silakan Anda bajak nomor saya ini," kata saya.
Anak muda itu pun main-main sebentar dengan HP miliknya. Lalu teman di sebelah saya menerima WA. Dari saya. Dari nomor saya. Dengan foto wajah saya di nomor itu.
Padahal saya lagi ngobrol asyik dengan beberapa teman di situ. Saya memang pegang HP, tapi tidak melakukan apa pun. Tiba-tiba ada yang menerima WA dari nomor saya.
Anak itu bisa '’mencuri'’ password saya. Tentu ia hanya sekali itu saja melakukannya. Ia berjanji tidak akan melakukan lagi kirim WA sebagai saya.
Katanya: tadi itu hanya untuk membuktikan bahwa ia punya kemampuan seperti itu.
Itu setahun lalu. Bulan itu saya masih bertemu lagi beberapa kali dengannya lalu tidak bertemu lagi. Saya pun lupa kalau pernah punya teman semuda dan sehebat itu.
Saya baru ingat ia lagi minggu lalu. Yakni ketika media menghebohkan terjadinya pembobolan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) milik Indonesia di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Saya pun mencari anak muda itu. Saya merasa sulit menulis soal pembobolan itu kalau belum bertemu dengannya. Saya ingin tahu kira-kira seperti apa kejadiannya.
Saya ingat namanya, tapi tidak ingat nomor teleponnya. Saya cari di HP saya. Tidak ketemu. Saya ingat: ini HP baru, yang harganya hanya seperempat HP lama.
Mungkin nomor kontaknya tidak ter-copy ke HP baru.
Dari temannya teman saya nomor anak muda itu bisa saya dapat. Saya hubungi. Tidak berhasil. Saya telpon tidak ada nada sambung. Saya WA: hanya centang satu. Tiap hari saya coba hubungi. Gagal.
Temannya juga sulit menghubunginya. Mereka juga sudah tiga bulan tidak bertemu. Saya pun malu: tidak bisa segera menulis tentang pembobolan PDNS itu. Padahal medsos begitu riuh. Sampai ada yang marah-marah mengapa presiden tidak mengangkat anak muda sebagai menkominfo. Yakni anak muda yang paham teknologi informasi.
Saya sendiri, secara pribadi, tidak merasakan dampak apa pun dari pembobolan itu. Tak ada sedikit pun kesulitan. Hidup saya berjalan normal.
Para perusuh Disway juga tidak ada yang bercerita tentang kesulitan hidup mereka akibat pembobolan itu.
Rupanya si pembobol bisa masuk ke situs PDNS. Lalu mengganti password-nya dengan password lain.
Kementerian pun tidak bisa lagi mengaksesnya. Password yang ada sudah tidak bisa difungsikan.
Anda sudah tahu lebih dulu: Si pembobol bersedia memberikan password baru asal pemerintah membayarnya sebesar USD 8 juta. Anda juga sudah tahu: pemerintah tidak melayani permintaan itu. Toh akan sia-sia. Kalau password baru didapat bisa saja keesokan harinya giliran temannya yang membobol. Tidak akan ada habisnya.
Menurut anak muda tadi, begitu banyak anak seumurannya yang punya kemampuan seperti ia. Situs-situs pemerintah adalah situs yang paling mudah dibobol. Biasanya justru untuk latihan awal.
Apakah setelah permintaannya ditolak si pembobol lantas marah; lalu mengambil semua data itu untuk dijual ke pihak lain seharga USD 8 juta?
Kalau yang dicuri itu dompet, mungkin dompetnya akan dibuang di pinggir jalan setelah uangnya diambil. Tapi yang diambil ini password. Datanya bisa jadi diambil. Bisa jadi tidak.
Apalagi kalau si pembobol adalah anak muda dari dalam negeri. Jangan-jangan awalnya ini hanya ajang latihan bagi mereka. Ternyata ada yang berhasil. Mereka tidak menyangka kalau seheboh ini. Hebohnya di luar perkiraan, lalu takut sendiri.
Maka langkah yang terbaik adalah segera cari anak muda yang bisa membobol si pembobol. Lalu bisa menghancurkan data itu.
Toh data-data lama masih ada di instansi masing-masing. Bisa dikompilasi lagi dengan cepat. Lalu dibuatkan backup. "Kalau perlu sampai rangkap empat," seperti yang kemarin dikatakan menko Polhukam. Atau, katanya, dibuatkan kasta-kasta data. Mana yang paling rahasia sampai yang agak rahasia.
Penyimpanannya pun tidak akan lagi hanya di Surabaya dan Tangerang. Mungkin yang Surabaya dipindah; karena ternyata yang dibobol itu yang di Surabaya. Jangan-jangan harus ada yang di Pulau Rote.
Saya agak mengkhawatirkan anak muda yang pernah bertemu saya itu. Saya tahu ia pembaca Disway. Halllooooo... Anak muda! Di mana Anda. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan pada Tulisan Berjudul: Terbakar? Dibakar?
Mirza Mirwan
Tragis, memang. Semoga Bung Rico, isteri, anak, dan cucunya beristirahat dalam damai. Tetap yang membuat kening saya sontak berkerut adalah deskripsi tentang rumah mendiang. Masa iya ukurannya hanya 3x4 meter. Berdinding papan pula. Padahal itu rumah seorang wartawan. Padahal pula isterinya juga berdagang mracangan. Memangnya berapa sih gaji minimal seorang wartawan? Nalar saya sulit menerima ukuran 3x4 meter untuk sebuah rumah. Hanya seluas 12m². Seukuran kamar tidur. Padahal dihuni 3 orang dewasa dan seorang anak kecil. Dapur dan kamar mandinya di mana? Tetangga saya, 37th, yang kuli bangunan saja (isterinya jualan dawet keliling), bisa bangun rumah ukuran 5x10 m, berlantai keramik, berplafon gypsum. Memang tidak langsung lantainya keramik. Awalnya hanya semen. Plafon juga baru dipasang setelah 7 tahun rumah itu berdiri. Tetapi, yang jelas, rerata penghasilan bulanan suami-isteri dengan dua anak usia SD itu kurang dari Rp4juta. Pun ia punya motor, kulkas dan mesin cuci. Padahal ia hanya kuli bangunan. Bukan wartawan.
Tivibox
Selamat pagi, salam sehat .... Membaca berita pembunuhan terhadap wartawan gara-gara pemberitaan seperti artikel di atas, ingatan saya flash back 15 tahun yang lalu. Tahun 2009 sekitar bulan Februari, wartawan Radar Bali, Anak Agung Gde Narendra Prabangsa dibunuh secara sadis. Jenazahnya dibuang ke laut di wilayah Padang Bai dan baru ditemukan 5 hari pasca dibunuh. Kalau tak salah, polisi perlu waktu sekitar 3 bulan buat mengungkap kasus ini sampai ditetapkan tersangkanya. Dia ---si tersangka pembunuhan--- ternyata adalah adik kandung bupati di sebuah kabupaten di Bali Timur waktu itu. Motifnya, Prabangsa aktif memberitakan dugaan korupsi pembangunan sekolah internasional di daerah tersebut, dimana si tersangka adalah pimpinan proyeknya. Si Tersangka ini---yang adalah otak pembunuhan---akhirnya divonis penjara seumur hidup di Pengadilan Negeri Denpasar, didakwa melakukan pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP). Yang saya heran, mengapa waktu tidak divonis hukuman mati, padahal pembunuhan itu sadis sekali dan direncanakan sebelumnya. Bahkan tahun 2019 presiden memberikan grasi, dengan memotong masa hukumannya menjadi 20 tahun saja. Sungguh menyedihkan mendengar itu dan banyak rekan-rekan jurnalis di Bali yang menyayangkannya. .... Seperti yang sudah dilakoni Rico Sempurna Pasaribu, profesi jurnalis memang mulia, menjadi pengungkap kebenaran walau kadang hidup adalah taruhannya. Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya.
Mirza Mirwan
Partisipasi pemilih di putaran pertama pileg Perancis kemarin mencapai 59,39%, meningkat 12% dibandingkan putaran pertama pileg 2022 yang hanya 47% -- putaran kedua turun menjadi 46%. Mungkinkah peningkatan partisipasi pemilih itu gegara menangnya aliansi kanan-jauh dalam pemilu parlemen Eropa? Mungkin ya. Yang jelas di putaran pertama kemarin Ressemblement Nationale (RN) dan aliansinya meraih 35,5% suara. Disusul aliansi belasan partai sayap kiri yang dibentuk 10 Juni yang lalu, Nuoveau Front Populaire, yang meraih 28,1%. Sementara kubu Macron, Renaissance dan aliansinya, berada di urutan ketiga dengan 20,7%. Magnet yang menarik pemilih untuk memilih RN atau partai kanan-jauh lainnya barangkali karena janji Jordan Bardella (wakil ketua RN) yang akan memberi akses kepada pendatang untuk memperoleh pekerjaan dan layanan sosial lainnya. Selama 40 tahun kiri-jauh praktis anti pendatang. Adalah Jean-Marie Le Pen, ayahnya Marine Le Pen, yang yang menanamkan doktrin: "Nous devons faire passes nos propres intérêts avant ceux des autres" -- kita harus mendahulukan kepentingan kita sendiri ketimbang kepentingan orang lain. Jean-Marie Le Pen dulu selain anti pendatang juga antisemit dan Islamophobic. Sang putri, Marine Le Pen, masih mempertahankan doktrin bapaknya. Tapi sang wakil, Jordan Bardella, lebih lunak. Jordan Bardella sendiri sudah terpilih sebagai anggota parlemen Eropa. Dugaan saya, Jordan Bardella itulah yang nanti menjadi perdana menteri.
Lagarenze 1301
Santai sejenak. Ini di New York. Seorang pria melihat seekor anjing menggigit gadis kecil. Ia pun berlari untuk membantu. Setelah gadis itu terselamatkan, seorang pegiat media sosial mendatangi pria tadi dan berkata, "Itu luar biasa! Sebentar lagi, kabar trending akan berbunyi 'Warga New York yang Pemberani Menyelamatkan Gadis Kecil'." Pria itu menjawab, "Tapi, saya bukan warga New York." Pegiat media sosial itu kemudian berkata, "Oh, kalau begitu, masyarakat akan membaca postingan viral: 'Orang Amerika yang Pemberani Menyelamatkan Gadis Kecil." Lagi-lagi pria itu menjawab, "Tetapi, saya bukan orang Amerika!" Pegiat media sosial itu bertanya, “Lalu, dari mana asal Anda?” Pria itu tersenyum dan berkata, "Saya orang Afghanistan!" Tak lama kemudian, viral kabar di media sosial yang berbunyi: "Ekstremis Timur Tengah Membunuh Anjing Amerika yang Tidak Bersalah".
Rihlatul Ulfa
Saat hakim bertanya pada SYL 'kenapa anda membayar cicilan apartemen Nayunda? Jawaban SYL 'saya ini pengayom orang bugis yang mulia' Seharusnya SYL bisa membuktikan itu dengan penasehat hukum membawa janda-janda bugis yang ditinggal meninggal suaminya, yang SYL jelas-jelas dengan bukti membantu mereka, orang-orang bugis yang berada dibawah garis kemiskinan yang SYL ketahui, jadilah saksi meringankan di Pengadilan. Bukan hanya bisa menjawab apa alasannya saat mau membayar Sewa apartemen biduan nan cantik jelita itu.
Rihlatul Ulfa
Anda semua sudah tahu, bahwa saya pernah mengalami cedera kaki 4 dekade lalu, maka saya menjalani operasi besar ini walau keselamatan dan nyawa saya ternacam, ini adalah bagian agar saya bisa mengemban tugas melayani rakyat dengan baik nanti sebagai presiden. Pertanyaannya, setelah 4 dekade anda baru terpikirkan 'penting bahwa harus melakukan operasi' setelah berhasil menjadi presiden.
Fiona Handoko
selamat pagi bpk thamrin dan teman2 rusuhwan. seorang wanita yakin bahwa suaminya telah berselingkuh dengan pembantu, yg tinggal di rumah mereka. suatu hari, ia memutuskan untuk menjebak mereka. dia mendadak memerintahkan pembantu untuk pulang ke desanya pada akhir pekan. dan tidak memberi tahu suaminya tentang hal ini. malam itu, ketika dia tidur bersama suaminya. sang suami bangun di tengah malam. seperti biasa si suami ke kamar kecil untuk buang air. sang istri pun berjingkat jingkat masuk kamar tidur pembantu. naik ke ranjangnya, dan mematikan lampu. tak lama kenudian, seorang pria masuk kamar. Menaiki tubuhnya, dan bercinta dengan penuh gairah. setelah selesai bercinta. wanita itu berkata, "aku yakin. kamu tidak mengira saya yang berada di sini." "awalnya iya. tapi setelah semenit. Saya tahu. ini nyonya." bisik tukang kabun. waduh, kok tidak berasa kalau sodokannya beda.
djokoLodang
-o-- BONEKA PIANIS Seorang pria masuk ke bar dengan membawa tas kantong. Dia duduk dan meletakkan tasnya di meja. Bartender menghampiri dan menanyakan apa yang ada di dalam tas. Pria itu merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah boneka kecil yang tingginya sekitar 30 cm, dan meletakkannya di atas meja. Dia merogoh kembali tasnya dan mengeluarkan sebuah piano kecil, berikut bangkunya yang juga mungil dan diletakkan di atas meja. Boneka kecil itu duduk di depan piano dan mulai memainkan karya indah Mozart. “Dari mana Anda mendapatkannya?” tanya bartender, terkejut dan heran. Laki-laki itu meraih tas kantongnya. Kali ini dia mengeluarkan sebuah benda mirip lampu Aladin. Dia menyerahkannya kepada bartender dan berkata, “Ini. ... Coba gosok benda ini dengan hikmat." Bartender pun menggosok benda itu; tiba-tiba muncul kepulan asap dan sesosok jin kecil cantik berdiri di atas meja. “Aku akan mengabulkan satu permintaanmu. Ingat, hanya satu.” Bartender menjadi sangat bersemangat dan tanpa ragu-ragu berkata, “Saya ingin satu juta dolar.” Whooosh!!!, sekotak korek api
"POLAR BEAR" muncul tepat di atas meja di depan bertender. Dan jin kecil cantik pun lenyap bersama kepulan asap. Bartender menoleh ke arah pria itu dan berkata, “Ternyata jin Anda tadi itu tuli. Saya meminta satu juta dolar, bukan satu Polar Bear.” Laki-laki itu menjawab, “Apakah menurut Anda saya dulu meminta pianis berukuran 30cm?" --jL-
Ummi Hilal
Dimana jasad ditemukan? Apakah di dekat pintu atau jendela. Atau di atas tempat tidur. Bagaimana ditemukan? Apakah tertelungkup atau terbaring? Apakah sudah meninggal dunia sebelum kebakaran? Sehingga tak bisa melarikan diri dari rumah papan yang sempit seperti itu? Dalam artian dibunuh terlebih dulu sebelum dibakar untuk menghilangkan jejak? Sangat sadis dan mengerikan kalau itu yang terjadi.Karena anak,istri dan cucu ikut jadi korban. Semoga tenang di 'alam sana'. Semoga segera terungkap.Tidak menunggu ada yang 'kesurupan' arwah. Tidak menunggu sewindu baru ramai lagi. Salah tangkap pula.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
PASAR TURI SURABAYA SEMPAT "TERBAKAR" 6 KALI.. Membaca CHDI hari ini terkait kebakaran, saya jadi ingat tentang Pasar Turi Surabaya. Menurut berita, Pasar Turi ini sempat terbakar selama 6 kali. Dari 6 kali tersebut, ada yang meragukan, semuanya terbakar beneran. Beberapa kali, konon, pernah dibakar, meski kebenarannya tidak pernah terungkap.. Kebakaran itu terjadi pada.. Tahun 1950. Tahun 1969. Tahun 1978. Tahun 2002. Tahun 2007. Dari data tersebut, yang terbesar adalah kebakaran tahun 1950 dan 1978. Sedangkan kebakaran pada tahun 2007 adalah paling parah dari sisi dampaknya, karena baru padam setelah 3 hari. Kebakaran pada 2007 ini juga turut menghanguskan sekitar 2.788 kios atau stan. ### Semoga semuanya tidak ada kesengajaan.
Lagarenze 1301
Seorang wartawan pemula dan bercita-cita tinggi sedang berkeliling kota, mencari orang-orang lokal yang menarik, sehingga ia dapat menulis cerita yang menarik. Tiba-tiba ia melihat seorang lelaki tua keriput dan botak yang sedang merokok dengan kuat. Lelaki tua itu terlihat berusia sekitar sembilan puluh atau bahkan di atas seratus tahun. Namun, masih cukup kuat untuk berada di luar rumah, duduk di bangku berangin, dan merokok. Wartawan muda mendatangi lelaki itu. Menurut ia, hal menarik bahwa lelaki itu sudah sangat tua namun masih merokok, seolah-olah itu bukan hal yang tidak sehat sama sekali. "Maaf, Pak. Saya dari media lokal dan saya terkesan dengan Bapak, yang seusia ini masih kuat merokok. Bolehkah saya wawancara singkat dengan Bapak?" ia bertanya dengan sangat sopan. Lelaki tua itu mengangguk, menghisap rokok, dan batuk sedikit. Wartawan muda duduk di sampingnya, mengeluarkan buku catatan dan pena, lalu mulai menuliskan informasi. "Jadi, Pak, siapa nama Bapak?" begitu pertanyaan pertamanya. “Albert,” jawab lelaki itu dengan suara serius dan terbatuk-batuk lagi. “Dan, berapa batang rokok yang biasanya Bapak hisap dalam sehari?” “Tiga atau empat bungkus,” jawab lelaki itu lagi, diikuti dengan batuk. "Berapa umur Bapak?" Pria itu terbatuk-batuk sejenak, menelan ludahnya, dan menjawab: "Tiga puluh lima pada bulan Juli ini."
Fiona Handoko
selamat sore bpk thamrin, bung mirza, bp agus, bp djoko dan teman2 rusuhwan. Dirgahayu bhayangkara ke 78. semoga ke depannya, makin presisi. terkejut awak membaca berita di disway. id. "kronologi meninggalnya zhang ji jie. atlet bulu tangkis china di gor amongrogo jogja. "rasa2nya baru kali ini ada atlet bulu tangkis yg meninggal saat bertanding.