Di samping itu, selama kurun waktu 20 tahun terakhir, biaya akomodasi, biaya pendidikan, biaya hidup dan asuransi pendidikan di Australia melonjak sangat tajam. Hal ini, sebut Prof Ronny, selaras dengan semakin melemahnya perekonomian Australia.
“Dengan semakin memburuknya perekonomian Australia, jumlah beasiswa dan juga dana pendidikan yang dialokasikan ke universitas semakin menurun,” jelasnya.
BACA JUGA:Visa Tingkatkan Literasi Digital dan Keuangan UKM milik perempuan dan generasi muda di Asia Tenggara
“Jika dianalisa lebih dalam lagi, tampaknya kenaikan biaya visa ini memang ditujukan untuk memperoleh dana tambahan untuk mendanai pendidikan, termasuk pemotongan utang lulusan, sukunan pendanaan peserta magang dan penerapan strategi imigrasi,” ujar Prof Ronny.
Berdasarkan analisisnya, pemerintah Australia tampaknya ingin merampingkan jumlah mahasiswa internasional untuk meningkatkan kualitasnya.
Salah satunya untuk mengontrol jumlah imigran yang melonjak tajam pasca pandemi COVID-19, mencapai 528 ribu orang di tahun 2022-2023.
Sebelum ketegangan politik antara Tiongkok dan Australia, mahasiswa internasional dari Tiongkok angkanya mencapai lebih dari 150 ribu orang, menjadikannya salah satu negara dengan mahasiswa terbanyak yang berkuliah di Australia. Adapun Indonesia, jumlah rata-ratanya sekitar 11.000 orang setiap tahunnya.
“Jika dianalisa lebih dalam lagi, faktor kedekatan jarak dan mutu pendidikan merupakan dua faktor utama yang menyebabkan Australia menjadi salah satu tujuan pendidikan favorit. Namun, selama kurun waktu 20 tahun terakhir, biaya pendidikan di Australia meroket yang menyebabkan pemberi beasiswa pendidikan memilih negara lain untuk mengirimkan mahasiswanya karena jelas lebih murah,” tutur Prof Ronny.
Sebagai ilustrasi, mengirimkan seorang mahasiswa untuk studi ke Australia untuk jenjang master dan doktor akan setara dengan 4-5 mahasiswa jika menyelesaikan pendidikan di Indonesia atau beberapa negara lain di kawasan Asia dengan reputasi akademik yang setara dan biaya pendidikan yang lebih murah.
BACA JUGA:Duh, 37 WNI Makassar Ditangkap Polisi Arab Saudi karena Pakai Visa Haji Palsu
Prof Ronny juga berpandangan, kenaikan biaya pendidikan dan visa ini akan memengaruhi hubungan Australia dengan negara-negara tetangga kawasan Indo Pasifik, termasuk Indonesia.
Sebab, mereka akan lebih memilih untuk mengirimkan mahasiswa ke negara lain, termasuk Inggris yang biaya visanya hanya sebesar $900 dengan biaya pendidikan yang setara atau bahkan lebih murah.
Demikian juga jika dibandingkan dengan Kanada dan Amerika yang biaya visanya lebih murah.