BACA JUGA:Benarkah Imunisasi Merusak Sel dan DNA? Kemenkes Ungkap Faktanya
BACA JUGA:Bunda Mesti Tahu! Agar Anak Sehat Pasca-Imunisasi, Ini yang Perlu Diperhatikan
"Pandemi kemarin kita juga melihat bagaimana penurunan cakupan itu signifikan dan belum lagi recovery," terangnya.
Namun demikian, ia menyoroti bagaimana media sosial membuat isu-isu terkait vaksin yang membuat masyarakat enggan membawa anaknya imunisasi.
"Di era media sosial ini banyak juga isu-isu ya. Beredar lewat WhatsApp, itu cepat sekali penyebaran isunya terkait dengan biasanya masalah kipi, masalah halal haram," paparnya.
Hal ini mengkhawatirkan karena terkadang masyarakat lebih percaya terhadap pesan berantai yang tersebar di WhatsApp dibanding pakarnya.
"Masyarakat kadang-kadang lebih percaya apa yang beredar di WhatsApp group daripada apa yang disampaikan oleh pakarnya."
BACA JUGA:Kemenkes Tegaskan Imunisasi Ganda Aman, Metode Telah Diterapan di 160 Negara
BACA JUGA:Bunda Mesti Tahu! Agar Anak Sehat Pasca-Imunisasi, Ini yang Perlu Diperhatikan
"Jadi, saya kira kegalauan masyarakat terhadap vaksinasi ini harus dibayar mahal. Karena masyarakat galau massal, cakupan menurun di bawah 60 persen, KLB-nya pada bermunculan," tutupnya.
Oleh karena itu, bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2024, Direktur Departemen Imunisasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr. Endang Budi Hastuti mengajak semua pihak, mulai dari organisasi profesi, Kementerian Kesehatan sendiri, lalu dari lintas sektor yang lain untuk bisa menyampaikan hal ini ke masyarakat.