Berdasarkan Penelitian Kualitatif, Menteri PPPA Ungkap Kasus Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan Masih Tinggi

Berdasarkan Penelitian Kualitatif, Menteri PPPA Ungkap Kasus Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan Masih Tinggi

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi berkunjung ke TK dan SD Kartika di Kota Tangerang, pada Senin, 16 Desember 2024.-Disway.id/Candra Pratama-

TANGERANG, DISWAY.ID -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi berkunjung ke TK dan SD Kartika di Kota Tangerang, pada Senin, 16 Desember 2024.

Kedatangannya itu untuk melakukan peluncuran hasil penelitian kualitatif Pengalaman Hidup Anak dan Remaja, peluncuran Hasil Studi kualitatif Pengalaman Hidup Perempuan Nasional Tahun 2024, dan Peluncuran Hasil Program "First Click" perlindungan anak di lingkungan digital.

BACA JUGA:Rumah Bersama Indonesia Jadi Solusi Kementerian PPPA untuk Cegah Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

BACA JUGA:Menteri PPPA Sebut Medsos Sebagai Pengaruh Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan

Hal itu sebagai kelanjutan dari pelaksanaan SNPHAR dan SPHPN 2024, Kemen PPPA telah menyelenggarakan penelitian kualitatif mengenai pengalaman hidup anak dan remaja usia 13-17 tahun di 5 kabupaten/kota.

Yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Banjar, Kabupaten Maros, dan Kota Kupang.

"Jadi penelitian ini untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya kekerasan terhadap anak dan perempuan masih cukup tinggi," ujarnya kepada awak media, Senin.

"Ini sudah dilakukan sejak tahun 2016-2018 dan terakhir kita lakukan kemarin di 2024. Memang baru secara kuantitatif. Kemudian dilanjutkan secara kualitatif," sambung Arifa.

BACA JUGA:Ruang Bersama Indonesia Program Unggulan KemenPPPA Menuju Indonesia Emas 2045

BACA JUGA:Menteri PPPA: 1 dari 4 Perempuan Indonesia Alami Kekerasan Fisik dan Seksual

Arifa menjelaskan bahwa penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak bisa juga dilakukan secara fisik, psikis, dan  kekerasan seksual. Maka dari itu, pihaknya mengandeng semua masyarakat untuk tidak menormalisasi hal tersebut.

"Jadi ini yang menjadi perhatian kita bersama dan ini sebetulnya menjadi tugas kita semua bagaimana agar kekerasan terhadap perempuan dan anak ini sudah tidak terjadi lagi dimanapun," tuturnya.

Ia juga berpesan kepada pihak sekolah dan orang tua murid untuk selalu komunikasi dengan para siswa/anaknya, agar 'Si Anak' mau bercerita soal kegiatannya selama di sekolah.

Sebab, belakangan ini kasus bullying kerap kali terjadi di lingkungan sekolah. Namun, para anak sering memendamnya hingga abai dari pengawasan pihak sekolah maupun orang tua.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads