JAKARTA, DISWAY.ID -- Perseteruan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi sorotan khalayak.
Pengamat politik Hendri Satrio ikut mengomentari perseteruan PBNU atas partai yang dinahkodai oleh Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) itu.
Bagi Hensat, sapaan akrab Hendri Satrio, perseteruan PBNU-PKB tidak perlu terjadi, apabila organisasi masyarakat (ormas) tersebut fokus mengurus umat.
BACA JUGA:Respon PBNU Soal Wapres Ma'ruf Amin yang Bersedia Jadi Juru Damai Konflik PKB - PBNU
"Harusnya stay di jalur umat, mengurus umat, tidak berpolitik. Biarkan PKB berpolitik," ujar Hendri Satrio, kemarin.
Menurut Hendri, PKB sukses menjadi partai besar seperti sekarang ini tidak lain karena hasil dari pengelolaan yang baik.
Kemudian PBNU, lanjut Hendri, idealnya mendukung dan bekerja sama dengan PKB untuk menyampaikan aspirasi rakyat.
"Karena jalurnya PBNU untuk masuk politik itu lewat PKB. Tapi, untuk berpolitik praktis itu tidak ada," tutur pendiri KedaiKOPI ini.
Hensat juga menyoroti respons PBNU melalui GP Ansor yang terkesan resisten ketika menghadapi demonstrasi di depan Kantor PBNU, Salemba, Jakarta Pusat.
BACA JUGA:Petinggi PKB Ungkit KTA Ketum PBNU, Gus Ipul: Dokumennya Ada, Tidak Boleh Mengabaikan Sejarah
Dia menyebut respons dengan menggelar apel personel Banser tersebut melewati batas.
"Ada pengerahan Banser, Ansor, kalau datang mau digebuk. Polisi aja enggak main gebuk begitu," kata dia.
"Sebaiknya, lebih bijaknya PBNU dalam mengurus umat. Kalau sekarang dapat konsesi tambang, mengurus tambangnya untuk umat," tambahnya.
Sebagai informasi, perseteruan PKB dan PBNU berawal dari dibentuknya Pansus Angket Haji di DPR RI.
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, menilai pembentukan pansus ini diiringi dengan motif pribadi. Pernyataan tersebut lalu dibantah oleh banyak pihak, termasuk petinggi PKB.