Sementara itu, Faisal mengungkapkan bahwa kolaborasi yang dilakukannya dalam mempersiapkan pameran ini turut membentuk mentalnya dalam berinteraksi.
Menariknya, pembuatan karya tersebut dilakukan kurang dari satu bulan. Bahkan, ia sempat menginap di studio Open Arms untuk menyelesaikan lukisan hingga subuh.
Meski begitu, ia tak serta merta melukis, melainkan tetap berpegang teguh pada konsep.
"Kita buat sebagus mungkin dengan konsep yang Pak Anto punya dan tetap mengampanyekan isu disabilitas bahwa masih banyak diskriminasi, diremehkan atau dianggap tidak ada," tuturnya.
"Saya berharap pameran ini dan pameran-pameran berikutnya tidak hanya mengeksploitasi karya disabilitas, tapi bagaimana prosesnya juga lebih mengedepankan teman-teman disabilitas," pungkasnya.