No Day

Senin 19-08-2024,04:02 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

Hanya ada satu karangan bunga di rumah Veddriq Leonardo, peraih medali emas Olimpiade Paris 2024: dari penerbit buku Erlangga. Rupanya ada hubungan khusus antara pemanjat tebing itu dengan Erlangga.

Karangan bunga itu dipajang di teras rumahnya –di sebuah gang, 20 langkah dari tepian sungai Kapuas, Pontianak.

Saya ke rumah itu Sabtu senja kemarin lusa. Bersama para instruktur kelompok senam-dansa yang Anda sudah tahu.

Minggu pagi kemarin memang ada senam massal di Jalan A. Yani, Pontianak. Senam tujuh belasan. Yang diadakan Kakanwil Badan Pertanahan Nasional Kalbar, Dr Andi Tenri Abeng yang cantik dan modis. Bersama Pontianak Post dan Disway Pontianak (pontianakinfo.disway.id).

Itu kali pertama para instruktur kami ke Pontianak. Maka saya ingin menunjukkan jembatan kembar yang melengkung panjang di atas sungai Kapuas. Itu baru selesai dibangun bulan lalu. Maksud saya: dulu tidak kembar begitu. Inilah kembar yang lahirnya selisih lebih 20 tahun.

Tanpa kembaran itu lalu-lintas Pontianak sisi barat dan sisi timur Kapuas seperti tersedak di jembatan itu. Kini lebih lega. Sumbatannya beralih ke lampu bang-jo sebelum dan sesudah jembatan. Belum ada rekayasa arus lalu-lintas di dua perempatan itu.

Sambil menunggu lampu merah menjadi hijau saya terpikir: rumah Veddriq kan dekat jembatan ini. Maka saya minta sahabat Disway di sana untuk mencarikan alamat rumahnya.

Aditya Pangestu Putra, pimpinan Disway Pontianak di mobil terpisah. Ia pimpinan Disway termuda di seluruh Indonesia: 27 tahun. Jomblo. Tepatnya: ditinggal tunangannya.

Alamat Veddriq ketemu. Dekat sekali. Dekat rumah Dirut Pontianak Post Salman Busrah. Hanya perlu dua kali belok: ke kanan dan ke kiri. Beberapa kali. Masuk kampung.

Begitu turun dari jembatan kembar Kapuas 1, di lampu bang-jo pertama, kami belok kanan. Lurus. Setengah kilometer. Lalu belok kanan lagi. Belok kiri. Belok kanan. 

Setelah belok kiri lagi ketemu tanah kosong seluas seperempat lapangan bola. Penuh anak-anak yang ikut lomba tujuh belasan.

Di dekat lomba itu ada seporong gang. Kami jalan kaki masuk ke gang itu. Gang Harapan. Mobil diparkir di pinggir jalan kampung itu: Jalan Tanjung Harapan. Di kampung Kapur, Kelurahan Banjar Serasan.

Di ujung gang Harapan itulah, di dekat sungai, rumah Sumaryanto berada.

Sumaryanto adalah ayahanda peraih medali emas itu. Ia asal Jepara, Jateng. Sumaryanto merantau ke Pontianak saat masih berusia 16 atau 17 tahun.

Di Jepara, Sumaryanto hanya tamat SMP. Ayahnya buruh tani. Setamat SMP, Sumaryanto bekerja di rumah milik pengrajin ukiran kayu. Ia pun menjadi mahir dalam ukir-mengukir. "Bakat alam," jawab Sumaryanto. Saya memang bertanya siapa yang jadi mentor ukirnya.

Lalu remaja Sumaryanto menjual sepedanya. Ia beli tiket kapal kayu dari Semarang menuju Pontianak. Itu tahun 1980-an. Ia dapat kenalan orang Pontianak asal Solo. Orang Solo itulah yang menampungnya sementara di Pontianak.

Begitu mulai dapat order ukiran, Sumaryanto cari kontrakan rumah sendiri. Namanya pun semakin terkenal sebagai orang yang ahli ukir. Mulailah banyak order dari rumah-rumah orang berpunya di Pontianak.

Di depan rumah kontrakannya itu sering ada pelajar putri yang lewat. Ia jatuh cinta pada salah satu gadis itu. Anak tetangga. Namanya: Rosita –seorang gadis Melayu berkerudung. Sumaryanto pun berhasil mengukirkan cinta di hati Rosita.

Anak pertama mereka perempuan. Yang kedua pun wanita. Sumaryanto sangat menginginkan anak laki-laki. Rosita diminta melahirkan terus. "Kalau perlu sampai tujuh anak," gurau Sumaryanto. Sampai lahir anak laki-laki.

Anak ketiganya ternyata laki-laki.

Saat itu Sumaryanto lagi senang-senangnya sepak bola. Tim pujaannya adalah Brasil. Maka ia pun menamakan anaknya dengan nama pemain bola Brasil: Veddriq Leonardo.

Sang istri agak ragu dengan nama itu. Tidak lazim orang Melayu punya nama seperti itu. "Kok namanya seperti orang bule?" tanya sang istri. "Apakah tidak apa-apa?" tambahnya.

"Hanya nama. Tidak apa-apa," jawab Sumaryanto.

Dua tiga kali Rosita menanyakan kemantapan sang suami atas pilihan nama Veddriq Leonardo. Tapi Sumaryanto menjawab: sudah mantap.

Ia ingin anak lakinya itu jadi pemain sepak bola yang terkenal. Apalagi anak keempatnya ternyata wanita lagi.

Di pinggir sungai Kapuas itu tertancap tonggak kayu. Tinggi. Terlihat dari teras rumahnya. Tonggak itu diperlukan untuk mengikat kapal-kapal kayu. Sungai Kapuas adalah sungai terlebar di Indonesia. Kapal-kapal hilir mudik membawa barang dan orang.


Pemandangan sungai Kapuas yang terlihat dari teras rumah Veddriq Leonardo.--

Bagi Veddriq-kecil, tonggak itu untuk dipanjat. Setelah sampai atas ia bisa terjun ke sungai. Ia harus cepat-cepat memanjat kayu itu lagi. Sebelum anak yang lain mengambil alih. Itulah permainan Veddriq-kecil bersama teman-temannya di Gang Harapan.

Sang ayah bercerita: Veddriq-kecil suka memanjat apa saja. Saat mulai bisa berjalan, semua meja kursi di rumah itu dipanjat. Ia lebih suka berjalan di atas sandaran kursi daripada di lantai.

Setelah agak besar Veddriq suka memanjat pohon. Yang paling ia suka adalah memanjat pohon jengkol di depan rumahnya. Pohonnya besar. Tinggi. Pohon itu kini tidak ada lagi. Ditebang. Yakni saat di sebelah ruang tamu harus dibangun kamar tidur.

Di kamar depan bekas pohon jengkol itulah Sumaryanto dan istri tidur. Kamar di belakang ruang tamu untuk Veddriq. Kamar lainnya untuk kakak dan adik Veddriq.

Rumah itu mirip ukuran tipe 70. Tiga kamar tidur. Dapurnya di bagian belakang. Kursi-kursi di ruang tamu semua kursi kayu berukir.

Saya pun melongok ke kamar Veddriq. Tidak ada ranjang. Kasur besarnya dihampar di pojok lantai. Ada meja. Ada lemari. Di atas meja penuh buku. Di atas lemari juga penuh buku.

Saya ingin tahu buku apa saja yang dibaca Veddriq. Saya kaget. Ternyata buku-buku berat: filsafat, matematika, tokoh besar dunia di bidang bisnis, buku motivasi kelas internasional, dan buku pedoman hidup. Juga ada buku agama.

Lihatlah judul-judul buku di foto yang menyertai tulisan ini. Saya jejer sebagian kecil buku itu di meja. Nicky Yusanda, salah seorang instruktur senam kami, memotretnya untuk Anda.


Buku-buku koleksi Veddriq Leonardo.--

Veddriq tidak hanya suka membaca. Ia juga suka menulis. Puisi. Cerita pendek. Pengalaman perjalanan.

Salah satu cerpennya masuk dalam kompilasi buku cerpen siswa SMA. Kumpulan cerpen itu sudah diterbitkan oleh penerbit Erlangga Jakarta. Maka tahulah Anda mengapa ada karangan bunga Erlangga di teras rumah Sumaryanto.

Guru olahraga SMA Veddriq-lah yang melihat kecepatan siswanya itu saat memanjat pohon. Sang guru lantas memotivasi Veddriq untuk belajar panjat tebing. 

Veddriq sangat menyukai olahraga satu itu. Sampai akhirnya panjat tebing menjadi olahraga prestasi baginya. Bagi nama besarnya. Bagi keharuman SMAN 6, sekolah Veddriq. Bagi Pontianak. Bagi Kalbar. Dan akhirnya bagi Indonesia.

Veddriq dapat medali emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) yang lalu. Atas nama Kalbar.

Dari situ Veddriq tahu catatan rekor panjat tebingnya. Lalu ia banding-bandingkan dengan catatan kecepatan atlit dunia lainnya. Hasilnya: ia pun sangat optimistis akan bisa bicara di tingkat internasional.

Setelah PON empat tahun lalu itulah Veddriq mulai punya cita-cita menjuarai Olimpiade. Ia tahu Olimpiade tahun 2024 di Paris.

Kata sang ayah: sejak saat itu Veddriq sudah tahu bakal jadi juara di Paris.

"Veddriq pernah bikin tulisan di kertas. Kertas itu ia tempel di dada. Lalu difoto. Fotonya dimuat di Instagram. Foto Veddriq dengan tulisan juara Olimpiade di dada”.

Ternyata, kelak, di tahun 2024, Veddriq benar-benar juara Olimpiade. Untuk cabang panjat tebing. Kategori speed.

Ia mengharumkan nama Indonesia di saat kritis. Yakni di saat hampir saja Indonesia pulang tanpa medali emas. Medsos sudah mulai ramai dengan keprihatinan atas prestasi yang merosot. Omelan nasional mulai memenuhi langit medsos.

Veddriq yang membungkamnya.

PON di Aceh bulan depan tentu akan lebih meriah oleh kehadiran Veddriq di panjat tebing. Ia kembali akan mewakili Kalbar.

Untuk itu Rabu lusa Veddriq pulang ke Pontianak. Ia akan diarak di sebuah pawai keliling kota menyambut prestasinya di Paris.

Saya salah sangka. Saya pikir kirab itu dilakukan di hari Minggu kemarin, saat saya di Pontianak.

Hari itu ternyata Veddriq masih di IKN. Ia diundang menghadiri upacara kenegaraan HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang untuk kali pertama dilakukan di luar Jakarta.

Pawai Rabu lusa dilakukan sejak dari Bandara Supadio. Yakni sejak Veddriq mendarat dari Jakarta. Setelah pawai, Veddriq akan pulang ke Gang Harapan --kumpul dengan ayah ibu dan adiknya.

Rumah di Gang Harapan itu kini sudah lebih baik dibanding Veddriq belum juara nasional. Semuanya Veddriq yang membiayai. Ekonomi Veddriq memang kian baik.

Sedangkan ekonomi ayahnya menurun. Order ukiran terus merosot. Perabot kayu kian langka. Kayu sudah digantikan plastik dan bahan olahan lainnya.

”Veddriq...minta...saya...berhenti....kerja," ujar Sumaryanto lirih.

Matanya sembab saat bercerita soal kebaikan hati anaknya itu. Ia berlinang. Tersedak. Terdiam. Lama. Wajahnya menengadah ke langit-langit.

Cerita pun diteruskan oleh istrinya. Sang istri duduk di bawah. Di lantai. Dengan jilbab warna abu-abu tua dan baju panjangnya yang berwarna hitam. Sang istri juga hanya bisa berkata satu dua kata. Lalu ikut sesenggukan.

Setelah tidak kerja Sumaryanto memilih menjaga kesehatan dengan bersepeda. Habis salat subuh ia selalu naik sepeda sejauh sekitar 20 km. Setiap hari. Lalu ke masjid. Mengaji. Pulang. Nonton TV.


Keluarga Veddriq Leonardo--

Sumaryanto menonton saat anaknya bertanding di Paris. Nonton di TV. Di rumahnya di Gang Harapan. Bersama keluarga. Lewat live streaming Vidio.

Saat Veddriq dan delegasi Indonesia pulang ke Indonesia mereka diterima Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta. Ayah, ibu, dan adik Veddriq dibiayai ke Jakarta. Ikut ke istana.

"Sudahkah dibicarakan untuk apa hadiah sebanyak Rp 6 miliar dari presiden?"

"Veddriq akan membangun fasilitas panjat tebing di Pontianak. Ia akan membina anak-anak muda untuk berprestasi di panjat tebing," ujar sang ayah.

"Veddriq juga akan membangun gym untuk masa depannya," tambahnya.

Waktu SMA Veddriq pernah membangun sarana panjat tebing. Mutunya darurat. Terbuat dari triplek. Ia beli sendiri triplek itu. Ia pasang sendiri.

Di tebing triplek itulah Veddriq latihan. Sebelum dipanggil TC di Jakarta. Triplek itu ternyata berhasil mengantarkannya juara Olimpiade di Paris.

Veddriq punya kemampuan untuk menjadi pembina. Ia suka mengajar. Cita-citanya sejak SMA adalah menjadi guru olahraga. Maka ia pun ingin masuk jurusan pendidikan olahraga di Universitas Tanjungpura, Pontianak. Jurusan itu, saat itu, sudah ada. Tapi Veddriq tidak lulus tes masuknya. Tinggi badannya kurang sedikit. Saat ini tinggi Veddriq 162 cm.

Gagal masuk jurusan pendidikan olahraga, Veddriq masuk jurusan pendidikan guru SD. Lulus. Veddriq jadi sarjana pendidikan.

Saat jadi murid, ia murid yang baik. Saat jadi guru pun ia akan jadi guru yang baik.

Guru, pelatih olahraga di SMA, kini ada yang jadi calon wakil presiden. Yakni Timothy James Walz yang kini berpasangan dengan Kamala Harris di Pilpres Amerika Serikat.

Juara Olimpiade sudah berhasil diraih Veddriq. Di usia 26 tahun. Yang belum bisa diraih adalah pasangan hidup. Penyebabnya sederhana: pacarnya tidak sabar menunggu janji Veddriq untuk mengawininyi setelah menjadi juara di Olimpiade Paris.

Veddriq memang sangat fokus menjadi juara Olimpiade. Ia tidak mau terganggu apa pun, termasuk oleh perkawinan.

Saya tentu mengucapkan selamat kepada keluarga Sumaryanto.

Saya juga kirim WA ke Rocky Gerung, salah satu ketua panjat tebing Indonesia.

Saya tahu ia sudah pulang dari Paris. Tapi baru sehari kemudian WA saya ia jawab: "No Disway No Day".( Dahlan Iskan)

Komentar  Dahlan Iskan di  Disway Edisi 18 Agustus 2024: Indonesia Nusantara

iyeh

kalau mimpi dalam fiqih memang tidak bisa dijadikan pedoman hukum, tetapi bisa dijadikan hukum untuk yang melihat mimpi atau si pemimpi. seperti kisah sahabat Bilal sing ora srantan trus tindak madinah untuk ziarah ke makam Baginda Rasulullah

Akem SNJ

Kata Abah: "Jangan-jangan memang ada maksud agar pelan-pelan nama Indonesia diganti Nusantara. Caranya perlahan. Bertahap. Kata Nusantara dipopulerkan dulu. Dipakai sebagai nama ibu kota dulu. Setelah terbiasa maka untuk Indonesia berganti ke nama Nusantara tidak mengagetkan lagi. " Kalau Indonesia ganti nama, teks proklamasi tidak lagi relevan atau diupdate sesuai nama baru? Wkwkwk..

Everyday Mandarin

Sadar ga sadar atau suka ga suka, takdir menempatkan Indonesia adalah satu²nya negara Asia yang dilintasi garis khatulistiwa. Bahkan Indonesia jg bisa disebut satu²nya negara G20 yang dilewati garis khatulistiwa tepat di tengah² negara secara simeteris. Memang anggota G20 lainnya, Brazil jg dilintasi khatulistiwa, tapi jauh di utaranya. Overall, Brazil bisa disebut ada di selatan khatulistiwa. Banyak negara yg iri ga bisa menjual takdir ini. Ironisnya, pariwisata Indonesia ga pernah menjual ttg keajaiban dunia dari Tuhan ini ke dunia. Di antara Hualian dan Taidong (Taitung) di Taiwan, dibangun tugu garis batas iklim tropis dan sub-tropis di Lintang Utara 23,5. Menghadap langsung ke Samudera Pasifik. Saya sudah 3 kali ke sana. Indonesia, di Pontianak, di rumah Liam Then bisa saja dibangun tugu khatulistiwa. Jualannya: Rasakan pengalaman 1 kaki di utara bumi, 1 kaki selatan. Makan di utara bumi, BAB di selatannya. Negara mana di Asia yg punya takdir begini kecuali Indonesia? Apalagi lokasi IKN ga terlalu jauh dari garis khatulistwa. Pernah iseng² ngecak nama ibu kota baru adalah Equator. Lebih unik dan internasional. Dan beda dengan Ecuador, Quito, atau Equatorial Guinea.

Achmad Faisol

imam ghazali, termasuk ulama rujukan NU dalam bidang tasawuf, juga meninggalkan karya besar, bukan hanya bicara mimpi, kasyaf, khurafat atau klenik... imam ghazali mempelajari filsafat hingga dalam... itu kenapa imam ghazali bisa menulis kitab tahafut al-falasifah (runtuhnya filsafat)... imam ghazali juga menulis kitab al-mustashfa, karya monumental di bidang ushul fiqih... imam ghazali menulis kitab-kitab fiqih al-basith, al-wasith, al-wajiz... di bidang tasawuf, imam ghazali menulis banyak karya, misalnya minhajul 'abidin dan magnum opus ihya' ulumiddin... apa artinya...? ilmu, ilmu, ilmu... bukan mimpi, mimpi, mimpi...

Fiona Handoko

selamat pagi bp thamrin, bung mirza, bp agus, bp gregorius, bp jo dan teman2 rusuhwan. sedih sekali melihat warga desa tondo dan desa topogaro, morowali. yang dikriminalisasi oleh pt ihip. karena sengketa lahan jalan desa. dimana sebelum masuknya pt ihip. jalan tsb sudah ada, dan dipakai warga untuk pergi ke kebun, ladang dan ke situs budaya gua topogaro. saat ini, jalan tsb diklaim sebagai lahan milik pt ihip dan dipakai untuk hauling / dump truck. lagi2, yg bermodal yg menang. pada tgl 20 jun kemarin, 5 orang warga desa tondo dan topogaro. dilaporkan ke polda sulteng. beginilah nasib rakyat marjinal. walaupun hidup di negara yg sudah merdeka selana 79 tahun. masih saja ditindas pengusaha tambang, ditindas pemerintah. dan mungkin sebentar lagi, ditindas ormas.

Ketut Bagiarta

Apakah untuk bisa masuk kolom komentar harus pada jam 10 an? Saya biasanya baca CHDI sebelum jam 6 pagi. Habis baca mau langsung komentar, belum pernah bisa. Ini hari karena hari Minggu, jadi bangun tidur kesiangan, lanjut diminta antar istri ke pasar, baru baca CHDI jam 10 an. Langsung bisa masuk untuk komentar, hahaha. Btw, melihat 'logo' Disway.id hari ini baru 'ngeh' ternyata di belakangnya pakai logo 79 Nusantara Baru, Indonesia Maju. Apa ini bentuk penyeragaman? Lalu, tag line tersebut, apakah maksudnya bahwa pada HUT RI 79 ini ada Nusantara baru? Atau maksudnya cuma ibukota (yang konon) baru bernama IKN? Kalau saya sih, sampai saat ini Ibukota Indonesia tetap Jakarta! Satu lagi, kalau IKN sebagai ibukota baru salah satu tujuannya untuk menghilangkan kesan kolonial, kenapa kantor presiden tetap disebut istana? Bukannya istana adalah 'kantornya' raja. Istana Garuda, untuk menghilangkan kesan kolonial, tapi mengajegkan wajah feodal! Kenapa tidak disebut Gedung Garuda. USA punya Gedung Putih (White House).

Kang Sabarikhlas

Hah?..ibukota Indonesia IKN? coba ah, digatuk matuk... IKN....di eja : i-ka-en = Ikan IKN dieja bhs inggris = ai qe en bunyi ai qe en = I Can I Can = Aku Bisa?...(hah..!..) anu..kan lagi viral..."aku bisa Yura" Yes!.... "Aku Bisa Yura,.. beli ikan asin" "Aku Bisa Yura, beli beras SPHP" duh, gatuk-matuk, ayo kerja..kerja! jangan lupa ngopi dulu.☕

Mirza Mirwan

Menjelang dhuhur tadi restu dari Raja Maha Vajiralongkorn (Rama X) sudah diberikan kepada Paetongtarn Shinawatra untuk menjadi PM Thailand ke-31. Paetongtarn yang biasa dipanggil Ung Ing dipilih DPR melalui pemungutan suara Jumat 16/8. Ia memperoleh 319 suara mendukung berbanding 145 menolak dan 27 absen -- untuk menjadi PM sebenarnya ia hanya butuh 247 suara, karena dari 500 kursi DPR hanya terisi 493 -- 7 kursi kosong. Ung Ing menggantikan Srettha Thavisin yang dicopot Mahkamah Agung karena melakukan pelanggaran etik dengan mengangkat mantan narapidana, Pichit Chuenban, sebagai menteri. Sebenarnya Pichit hanya dihukum 6 bulan saja di tahun 2008, gegara mencoba menyuap pejabat mahkamah agung 2 juta baht (setara Rp906 juta) yang diselipkan dalam kotak makan siang. Di kabinet Srettha pun Pichit hanya menjadi menteri 3 minggu sebelum mundur karena khawatir mempengaruhi karier Srettha. Eh, ternyata tetap ngaruh. Srettha tetap dicopot sebelum genap setahun menjafi PM, masih kurang 6 hari. Ung Ing adalah PM Thailand ketiga dari klan Shinawatra setelah Thaksin Shinawatra, PM ke-23, sang ayah, dan Yingluck Shinawatra, sang tante, PM ke-28. Ung Ing adalah anak bungsu Thaksin. Masih muda, 21 Agustus nanti genap 38 tahun. Cantik pula. Ia adalah ketua partai Pheu Thai, yang menguasai 141 kursi DPR, jumlah terbanyak dalam koalisi pemerintah yang 315 kursi.

Gianto Kwee

God Bless You, Please, Jessica Kumala Wongso, Heaven holds a place for those who pray. Selamat bebas untuk Jessica !

Marjan Marjan

Apa namanya? Saya bingung jawabnya. Ibarat disuruh memberi nama kepada bayi yang sudah lahir dan diberi akte lahir. Kalau diberi nama beda dengan pada akte lahir, bapaknya bayi marah. Kena deh. Seperi yang sudah ditulis kang Acmad Faisol dan kang Mirza Mirwan, akte lahir IKN UU No. 3 tahun 2022 yang direvisi dengan UU No. 21 tahun 2023. Nama Nusantara adalah nama kota. Bentuk pemerintahan IKN adalah Pemerintah Daerah. Arti Nusantara mengalami perubahan dari sejak Kerajaan Majapahit hingga Ki Hajar Dewantara. Kalau ditanya pendapat saya tentang nama kota Nusantara, ya... kurang sependapat. Sebab maknanya jadi menciuuuttt.

Udin Salemo

di Kalimantan banyak batu bara/ diangkut transportasi lalui kanal/ aku liat pilar-pilar podium acara/ seperti meniru bangunan kolonial/ ingin kupanjat pohon trembesi/ untuk mencari obat penawar/ kulihat rumah adat bertransformasi/ seperti bangunan sarang kelelawar/ #mantun_kolonial

Jokosp Sp

Rakyat kismin gampang dibodohi dengan yang berbau mistik. Gampang dialihkan biar lupa dengan cacing yang di dalam perut. Padahal coba hitung kalau dapat 200 ribu ( = 13 kg beras ) ditambah 10 kg beras = 23 kg beras. 5 tahun = 1,825 hari. 1 kg beras = 50,000 butir beras ( 1 gram = 50 butir ). Berarti dapat jatah 23 kg beras = 23 x 50,000 butir = 1,150,000 butir beras. Beras ini dimakan untuk 1,525 hari, maka = 1,150,000 butir / 1,525 hari = 754 butir/ hari. Berapa jadinya yang dimakan per hari = 754 butir/hari : 50 butir/gram = 15 gram/ hari. Inilah kebodohan orang kismin yang terus dipelihara para politisi untuk kekuasaan, sangat-sangat murah cukup hanya 15 gram/ hari untuk biaya nyumbat mulutnya biar tetap mendukung mereka. Bodoh sekali, makanya mau diganti nama apapun akan tetap begini. Yang maju hanya proses ngebornya yang semakin canggih dan terus bermetamorfosis.

Achmad Faisol

alm. kh. m. sahal mahfudz, karena pakar fiqih sampai ada yang bilang, kiai ini dapat ilmu laduni, ya... jawab kh. sahal, ya ngaji, bukan ilmu laduni... gus baha juga pernah dicurhati seorang kiai, kok ada orang yang mencari hal-hal ghaib, seperti ingin dapat ilmu laduni, ketemu nabi khidir, dll, biar apa...? 'alim tanpa belajar... kalau klenik, mimpi, mukasyafah, bashirah, dll bisa menyelesaikan semua masalah, tutup saja ponpes dan semua jenjang pendidikan... aya-aya wae...

Lukman Nugroho

Merdeka itu, kepada siapa kita bertanya. Jika kita pertanya pada pak menko itu. Yang mendapat manfaat dan akses ke presiden. Maka negara ini sudah sangat super merdeka. Sebab pak menko sangat bisa meraih apa yang dia cita-citakan. Merdeka itu kepada siapa kita bertanya. Jika kita bertanya pada pejabat dan pemegang proyek. Bangsa ini sudah sangat super merdeka. Tapi, bagi saya dan perusuh yang lain. Apa arti merdeka? Jika, daya beli kian turun, lapangan kerja kian sulit. Dan keadilan sosial masih sangat jauh panggang dari api...

Lukman Nugroho

Semalem sempat menyimak kenduri cinta. Bintang Emon dan Dr Ryu Hasan menjadi dua bintang tamunya. Dari sana, saya belajar tentang apa itu amigdala. Yang mampu saya tangkap tentang amigdala itu. Adalah bagian dari otak yang dia akan terus memberikan respon pengingat. Dia harus hadir agar manusia mempunyai manajemen risiko. Amigdala jangan dimatikan. Sebab, manusia akan berbuat serampangan. Ugal-ugalan dan sepenak awake dewe. Dan, coba cermati. Para perusuh ini. Sejatinya adalah amigdala bagi Abah dan bagi bangsa ini. Biarkan mereka mengambil peran ini. Sebab, pasca meninggalnya muadzin bangsa dari Makah darat. Siapa beliau : Anda sudah tahun. Rasanya, belum ada lagi amigdala yang gaung dan suaranya di dengar oleh rezim.

Ketut Bagiarta

Tanggal 15 Agustus yang lalu saya ikut Sekolah Pendidikan Bung Hatta (SPBH) yang diselenggarakan oleh LP3ES, Yayasan Hatta dan Univ. Paramadina. Ini adalah SPBH Angkatan #1, dan saya mengikuti secara daring. Pada acara tersebut, keynote speaker adalah Prof. Emil Salim. Pada akhir paparan Beliau menyampaikan, kelihatannya sambil meneteskan air mata, salah satu keteladanan Bung Hatta. Konon dalam dompet Bung Hatta ditemukan guntingan iklan sepatu Bally buatan Swiss, benda yang diidamkan Hatta, namun tak terbeli sampai beliau berpulang. Dari kisah keteladanan ini saya semakin sadar bahwa dalam proses kita bernegara, khusunya dalam berpolitik, negara ini masih defisit keteladanan. Keserdahanaan masih sebatas jargon. Kesantunan (berpolitik) cuma sekedar lip service. Yang terjadi justru kebrutalan berbungkus wajah (yang konon) lugu dan topeng (konon juga) orang baik.

Lukman Nugroho

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sudah yatim sejak dari lahirnya.

Kategori :