Yogyakarta pun resmi menjadi ibu kota sementara Indonesia hingga tahun 1949.
Lantaran dipindahkan, RI merayakan HUT ke-1 RI di Yogyakarta.
Husein Mutahar pun diperintahkan Presiden Soekarno untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta.
Mutahar kemudian menunjuk lima anak muda (3 putra dan 2 putri) yang kebetulan ada di Yogyakarta.
Lima pemuda ini merepresentasikan lima sila dalam Pancasila.
Ibu kota kemudian Kembali ke Jakarta pada tahun 1950. Namun, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka.
Prosesi ini menjadi kewenangan Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966.
Di mana selama 1950-1966, Paskibraka berisi pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.
Satu tahun kemudian, Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto dan diperintahkan untuk kembali menangani pengibaran bendera merah putih.
Mutahar pun kembali ke pemikirannya bila Paskibraka harus terdiri dari pemuda-pemudi di seluruh Indonesia.
Akhirnya, Mutahar mengembangkan pemikiran itu dengan formasi pengibaran tiga kelompok
yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yakni:
- Pasukan 17 untuk anggota pengiring atau pemandu
- Pasukan 8 untuk pembawa bendera atau pasukan inti
- Pasukan 45 sebagai anggota pengawal
Ia melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta sebagai Paskibraka.
Mereka juga anggota Pandu/Pramuka yang seluruhnya masuk ke pasukan 8 dan 17.