JAKARTA, DISWAY.ID - Dilansir dari data Badan Pusat Statistis (BPS), Indonesia telat mencatatkan tingkat deflasi sebesar 0,03 persen (m-t-m) pada Agustus 2024.
Fenomena deflasi ini diduga dipicu oleh menurunnya harga pangan di pasaran.
Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, sudah terhitung empat bulan deflasi ini berjalan sejak Mei 2024 lalu.
BACA JUGA:Lulusan SMA Bisa Ikut Pendaftaran CPNS, Ini Formasi dan Syaratnya
BACA JUGA:Indonesia Jajaki Kerja Sama Penambangan Lithium hingga Farmasi dengan Zimbabwe
Kendati begitu, ia membantah kabar bahwa deflasi ini disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat.
"Saya tegaskan bahwa deflasi ini lebih ditunjukkan dari sisi supply (pasokan), yang artinya masih terjadi di sisi penawaran" jelas Pudji dalam keterangan resminya pada Senin 2 Agustus 2024.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani.
BACA JUGA:Pendaftaran CPNS Kementerian Agama, Berikut Formasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Menurut keterangannya, Menkeu Sri Mulyani menilai bahwa deflasi yang terjadi selama empat bulan terakhir ini tidak memiliki korelasi dengan pelemahan daya beli masyarakat yang sedang terjadi.
"Kalau deflasinya berasal dari harga pangan, berarti itu upaya Pemerintah untuk menurunkan harga," ujar Menkeu Sri Mulyani dalam keterangan resminya pada Senin 2 Agustus 2024.
Walaupun begitu, Menkeu Sri Mulyani juga meminta masyarakat untuk tetap berhati-hati akan data-data strategis tersebut.
BACA JUGA:Pelatih Aryono Miranat Apresiasi Leo/Bagas yang Berhasil Rebut Juara di Korea Open 2024
BACA JUGA:Victor Osimhen Fix Berlabuh ke Galatasaray, Chelsea Lepas Target Striker Utamanya