JAKARTA, DISWAY.ID - Fashion alam menggunakan bahan alami dalam setiap helai kain.
Tidak bisa dipungkiri, industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) masih menjadi salah satu sektor manufaktur yang menopang perekonomian Indonesia. Hal ini terbukti dalam data pada Triwulan I tahun 2024, dimana industri TPT mampu menyumbang sebesar 5,48 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) serta memberikan andil terhadap ekspor nasional sebesar USD11,6 Miliar dengan surplus mencapai sebesar USD3,2 Miliar.
Menurut keterangan Kepala Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Tekstil (BBSPJIT), Cahyadi, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam menghasilkan produk tekstil berkualitas dengan kekayaan sumber daya alamnya, terutama dalam hal mode atau fashion.
BACA JUGA:Brightspot 2024 Gabungkan Gaya Hidup dengan Kuliner, Fashion, Seni dan Musik
Mengenal Serat Alami
"Indonesia ini kaya akan material tekstil yang sustainable, ramah lingkungan, maupun yang terkait dengan halal, contohnya serat alam. Selama ini kita hanya mengenal kapas, padahal kita juga punya rayon, rami, dan serat nanas. Bahkan serat nanas kita itu menjadi nomor satu di dunia," jelas Cahyadi dalam keterangan resminya pada Sabtu 28 September 2024.
Melanjutkan, Cahyadi juga menambahkan bahwa BBSPJIT Kemenperin saat ini juga terus mendukung para pelaku modest fesyen untuk bisa mendapatkan material yang cocok dengan desain dan tren saat ini.
Menurutnya, ada tiga hal hal yang memengaruhi tren fashion halal, yang pertama adalah modest fashion, salah satu tren yang populer di industri fashion muslim. Pakaian modest fashion ini dirancang untuk menutupi tubuh sesuai dengan syariat Islam, tetapi tetap mengikuti tren modern dan bergaya.
Selain itu, dengan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan, fashion muslim mulai mengadopsi praktik ramah lingkungan atau sustainable fashion dengan menggunakan bahan-bahan berkelanjutan dan produksi bersih.
BACA JUGA:Cerita Anindhita, Anak Berkebutuhan Khusus yang Kembangkan Bisnis Fashion Cute Monsters
"Adanya pengaruh desain global yang menjadi dasar para desainer muslim untuk mulai menggabungkan elemen-elemen modern dan kontemporer dalam pakaian tradisional muslim seperti hijab, abaya, kaftan, dan gamis, sehingga lebih diterima secara global," jelas Cahyadi.
Sementara itu, desainer dan pengusaha Hannie Hananto menjelaskan tren kesadaran terhadap produk-produk ramah lingkungan keberlanjutan juga tidak terlepas dari peran generasi muda atau Gen-Z.
BACA JUGA:3 Desainer ASEAN Hadirkan Koleksi Fashion Tradisional dan Ramah Lingkungan di JF3 2024
"Saya riset kecil- kecilan, Gen-Z ini sangat menyadari dan menghargai pentingnya kualitas dari suatu produk, terbukti dari konten- konten yang biasanya mereka bagikan di media sosial," ujarnya.
Untuk inilah, Hannie mengajak para stakeholder maupun masyarakat untuk bekerja sama mewujudkan lingkungan berkelanjutan khususnya di industri manufaktur. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mengurangi pembelian produk fast fashion yang dapat merusak lingkungan dalam jangka panjang, lalu mulai menciptakan tren bangga menggunakan wastra.