JAKARTA-- Dompet Dhuafa bersama Titimangsa menghadirkan teater musikal dengan tema Tanah yang Terpenjara.
Para pemain dalam terater yang digelar pada Kamis 3 Oktober 2024 ini yaitu seperti Antasena Witular, Nadine Nadilla, Rizal Iwan, dengan narator Happy Salma.
Selanjutnya para pembaca puisi terdiri Marcella Zalianti, Guzelya Mariyosa, Zelqueen Insyroh Suaka, Agus Idzwar Jumhadi, Juperta Panji Utama, dan Annisa Tere.
BACA JUGA:Dompet Dhuafa dan PUB Gulirkan Program Bebas Rentenir dan Pinjol
Mereka berhasil menghidupkan karakter-karakter dalam cerita dengan sangat baik.
Akting dan lantunan puisi yang dibawakan mereka, diiringi musik Panji Sakti, dan Pusakata, serta sayatan biola Danu Kusuma, yang menyayat hati, berhasil menggugah emosi para penonton.
Event ini mendapat dukungan yang cukup meriah dari berbagai pihak, seperti Bank Syariah Indonesia, Buttonscarves dan Tokopedia. Serta para tamu yang hadir mulai dari Muhsin Syihab selaku Staff Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sudarnoto selaku Ketua Bidang Urusan Luar Negeri MUI, Dwi Irianti Hadiningdyah selaku Direktur KNEKS, Ustaz Erick Yusuf selaku Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya MUI Pusat, hingga Ahmad Juwaini selaku Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika.
“Dukungan Bank Syariah Indonesia (BSI) terhadap acara teater musikal "Tanah yang Terpenjara" merupakan wujud kolaborasi BSI sebagai Sahabat Sosial bagi Dompet Dhuafa sebagai lembaga sosial terkemuka di tanah air,” ujar Muhammad Syukron Habiby selaku SVP Islamic Ecosystem Solution BSI.
Dengan menggabungkan elemen drama, musik, dan puisi yang memukau, pertunjukan ini berhasil membawa 400 penonton seakan-akan ikut merasakan perjuangan rakyat Palestina. Cerita yang disajikan mengangkat kisah tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Palestina di bawah penjajahan Israel.
Di bawah arahan sutradara handal, Sahlan Mujtaba, pertunjukan ini mampu membangkitkan rasa empati dan solidaritas yang mendalam dari para penonton.
Melalui kisah mengharukan tokoh bernama Hasan, seorang penjual falafel yang berjuang untuk melindungi putranya, Abdel, di tengah gempuran perang, pertunjukan ini berhasil menyentuh hati dan membangkitkan rasa empati penonton.
Berbagai peristiwa yang disajikan mampu mengaduk-aduk emosi penonton, mulai dari kesedihan, kemarahan, hingga harapan.
Sutradara Sahlan Mujtaba berhasil mengemas kisah tragis ini dengan apik. Penonton diajak untuk mengikuti perjalanan hidup Hasan dan Abdel, yang harus berjuang untuk bertahan hidup di tengah genosida.