Dada Punggung

Selasa 08-10-2024,05:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

KAPAN itu. Saya membayangkan alangkah meriahnya pesta perpisahan untuk Pak Jokowi. Yakni saat beliau mengakhiri masa pengabdian sebagai presiden dua periode.

Kapan itu. Saya membayangkan pesta perpisahan itu akan diadakan oleh berbagai unsur dalam masyarakat. Berhari-hari. Bergantian. Pun oleh kelompok seniman. Musik jalanan. Ondel-ondel. Parade.

Kapan itu. Saya membayangkan begitu banyak orang akan menangis. Sedih akan berpisah. Terharu akan jasa-jasa besarnya. Meratap. Sepanjang jalan. Dari Istana menuju bandara Halim untuk pulang ke Solo dengan pesawat biasa.

Anda sudah tahu: pemerintahan Pak Jokowi sangat pandai membuat pesta. Pertemuan puncak G-20 diakhiri dengan pesta yang belum pernah ada duanya: di kompleks Garuda Wisnu Kencana, Bali. Sangat mengesankan. Mengagumkan.

Pembukaan Asian Games di Jakarta ibarat pembukaan Olimpiade. Sangat meriah. Anggun.

Pesta pernikahan anaknya pun telah berubah menjadi pesta budaya Jawa. Terbesar. Terbaik. Tiada duanya. Pun dibanding zaman kerajaan Jawa.

Lihat juga sidang-sidang pleno gabungan DPR-DPD: peristiwa politik konstitusi itu telah berhasil dibuat menjadi pesta pakaian adat Nusantara.

Bahkan, upacara kenegaraan hari kemerdekaan 17 Agustus di Istana Negara dihilangkan kesakralannya. Diubah jadi pesta. Joget-joget. Menghibur.

Hanya satu pesta besar yang gagal. Tidak jadi diadakan: pesta boyongan ke ibu kota Nusantara, IKN. Pernah tersiar berita bahwa boyongan ke ibu kota baru itu akan menjadi pesta yang terbesar di antara yang terbesar.

Bisa jadi, awalnya, itu akan menjadi pesta pertama dari rangkaian pesta perpisahan. Terjadi di bulan Agustus 2024, hanya dua bulan sebelum berakhirnya masa jabatan.

Ketika 17 Agustus 2024 itu tiba, semuanya pudar. Air belum siap mengalir ke sana. Jalan belum jadi. Bangunan masih dikerjakan.

Berita yang muncul tiap hari adalah gambaran kebelumsiapan IKN untuk ditempati. Apalagi dipestakan.

Semua kebutuhan itu akhirnya tersedia. Air ada. Jalan ada. Istana ada. Minimalis. Proyek air minum selesai. Jalan-jalan diaspal. Gedung-gedung dikebut. Semua konsentrasi terpusat untuk menyelesaikan proyek. Sampai tidak ada kesempatan untuk memikirkan pesta boyongan.

Anda pun sudah tahu: di IKN akhirnya hanya ada upacara hari kemerdekaan yang tidak istimewa. Acaranya sendiri berjalan lancar tapi tidak jadi ada pesta.

Masih ada waktu. Masih 10 hari lagi Pak Jokowi meninggalkan Istana. Masih ada kesempatan bagi siapa pun untuk merencanakan pesta perpisahan. Menunjukkan hormat pada pemimpin tertinggi negara. Menyampaikan rasa terima kasih atas kepemimpinannya selama 10 tahun.

Sudah selayaknya pemimpin yang sudah bekerja keras untuk bangsanya dikenang secara baik. Lewat cara masing-masing.

Toh kita telah puja-puja ketika beliau datang. Kita harus puja-puja pula ketika beliau pergi. Tampak dada, tampak punggung. (DAHLAN ISKAN)




Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 7 Oktober 2024: Tiga Lima

djokoLodang

-o-- TIDAK ADIL Seorang anak Kelas 1 SD pulang sekolah. Dia berlari masuk rumah sambil menangis. Ibunya bertanya: "Apa yang terjadi? Mengapa kamu menangis?" "Tadi aku disetrap bu Guru. Disuruh berdiri di depan kelas. Sebenarnya aku ingin menangis tadi, tapi malu sama teman-teman." "Bagus. Menangis lah sepuasmu sekarang." Beberapa saat kemudian. "Ibu, apakah kita bisa dihukum karena sesuatu yang tidak kita lakukan? Karena sesuatu yang tidak kita kerjakan?" Ibunya berkata: "Tentu saja itu tidak adil." ‘Apa itu tadi, yang tidak kamu kerjakan?’ Anak itu menjawab: ‘PR. ... yang diberikan bu Guru kemarin. ..." ---

djokoLodang

-o-- .... Saya pun mencoba mengirimi Ningrum WA dalam bahasa Mandarin. "Itu dia," jawabnyi. "Begitu lama di Taiwan gagal belajar bahasa Mandarin," tambahnyi. ... * Saya pun begitu. Lebih setengah abad tinggal di Bandung, belum fasih berbahasa Sunda. Anehnya, kalau mendengar wayang golek saya bisa memahami sepenuhnya cerita yang dibawakan sang dalang. Bahkan menikmati dialog-dialognya. Tapi, kalau mendengar --atau membaca tulisan WAG--yang menggunakan percakapan bahasa Sunda sehari-hari, banyak kosakata yang saya tidak paham. Harus bertanya dulu apa maknanya. --koJo.-

djokoLodang

-o-- Guru PAUD bertanya kepada Susi di mana hidungnya, dan Susi mengusap ujung hidungnyi. Kemudian, dia bertanya kepada Budi di mana telinganya, dan Budi memegang kedua telinganya. Berikutnya, bu Guru bertanya kepada Joni di mana letak hatinya. Joni membalikkan badan dan memegang pantatnya, Guru berkata, "Tidak, itu tidak benar. Ayo coba lagi. Ada di mana kah hati mu?" Sekali lagi, Joni meraba pantatnya dan menjelaskan, "Setiap kali nenekku datang, dia memelukku erat2, menepuk pantatku, dan berkata 'Berkatilah hatimu.' ... " --koJo.-

Mirza Mirwan

Kelar ngaji pukul 05.35-an saya mau nengok CHD. Eh, Disway.id (rumah CHD) ternyata kosong. Saya pindah nengok portal media Barat dan Timur-Tengah. Pukul 06.20-an coba negok CHD lagi. Masih gagal. Begitu pun menjelang pukul 07.00. Aneh saja, menurut saya. Hanya portal Disway.id yang memberikan saya pengalaman seperti itu. Bahkan saat mengakses media Israel ( seperti Times of Israel, Haaretz, The Jerusalem Post, dll) atau Korea Utara (seperti Pyongyang Times, NK News, KCNA Watch, dll) saya belum pernah mengalami hal seperti itu. Harus cepat-cepat saya tambahkan, saya pun tak terganggu iklan. Maka ketika pintu rumah CHD bisa dibuka, saya justru skrol jauh mentok ke bawah. Nengok redaksi, pengin tahu siapa yang bertanggung-jawab atas IT Disway.id. Ternyata masih dua orang yang sejak 1 April 2022, ditambah seorang (dari namanya) perempuan. Ya amplooop....., masak iya sih sudah 30 bulan mengurusi IT Disway.id masih juga sering kedodoran? Saya masih ingat benar sejak lahirnya DIsWay yang ditangani Mas Joko Intarto. Terbit tepat waktu. Ada kesalahan cepat dibetulin. Begitu juga setelah ditangani manajemen DBL, meski sesekali terlambat masih dalam hitungan kurang dari 10 menit. Eh, begitu CHD pindah ke rumah Disway.id kok menjadi kian kacobalo. Padahal, dari banyaknya iklan, mestinya kesejahteraan awak Disway.id terjamin, lho. Kenapa kinerjanya amburadul? Saat menulis ini, saya malah belum membaca CHD-nya.

Jokosp Sp

Ini pertanyaan seorang gadis yang sudah S2 dalam pertemuan jamaah tafsir. Barangkali bisa buat pertimbangan Bli@Leong dan Abah DI apa masih punya niat dan berani. Pandangan Ustad tentang poligami bagaimana?. Ustad : "Dalam Islam boleh, itu halal". "Tapi tidak titik sampai disitu". "Masih ada koma, bagi yang mampu". "Mampu itu berat, mampu itu tidak hanya finansial". "Berbuat adil itu yang sulit". "Cinta itu tidak bisa dibagi bagi wanita". "jangankan saya, jangankan kita, Nabi saja pernah dicomplain Aisyah". Rosullullah ketika bersama syahabatnya dibawakan kue oleh Khatijah istri tertuanya". "Dan saat itu kue yang diatas meja ditumpahkan oleh Aisyah". "Nabi tidak marah, nabi cuma bilang : itu Ibumu lagi cemburu". @Bli......jadi bukan saja karena tidak berani dan tidak tega ya, tapi takut akibat dicemburui itu yang lebih berat nanggung di belakangnya.....begitu kah?.

Mirza Mirwan

Bung Jimmy, saya bukan peneluti. Tetapi dari penuturan putri sulung saya yang jadi dosen di Thailand, caranya kurang lebih ya seperti dilakukan Dr. Dina itu. Putri saya melakukan penelitian. Hasilnya dituliskan dalam laporan riset. Lalu dikirimkan lewat e-mail kepada profesornya, juga dosen di luar Thailand. Dari Amerika, Kanada, sampai Inggris. Dari mereka mendapat masukan ini-itu. Lalu ditulis ulang dengan memasukkan mereka yang memberi masukan itu sebagai co-author. Baru kemudian dikirim ke jurnal yang terindeks Scopus. Selalu begitu. Saya kira, seperti itu pula yang dilakukan Dr. Dina.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

MEMANG DOA IBU ITU SERING LANGSUNG KE LANGIT.. "Yang diterima justru pilihan kedua yang idenya datang dari ibunda. Ningrum pun masuk Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Diponegoro, Semarang", tulis pak Dahlan Iskan di Disway/CHDI tanggal 7 Oktober 2024. Terkadang, doa untuk pilihan pertama tak terkabul bukan berarti “kiamat.” Nyatanya, pilihan kedua malah membawa "nikmat". Siapa sangka, ide dari ibunda itu ternyata lebih 'jitu' dari rencana diri sendiri. Memang, doa ibu itu sering langsung ke langit. Sinyalnya kuat dan cepat terkabul..! ### Sebagai seorang ayah dengan 4 anak dan 3 cucu, syukur alhamdulillah, saya ikut senang dan bangga melihat kesuksesan Mbak Ningrum. Semoga jadi pengingat bagi kita semua: "Takdir sering punya kejutan, yang lebih manis dari keinginan kita sendiri".

Mirza Mirwan

Wah, maaf Pak Agus, kalau benar Pak Ustad bilang seperti dikutip Pak Agus, berarti ustadnya ngarang. Baginda Nabi selama menikah dengan Khadijah al-Kubra tidak poligami. Jadi Aisyah belum jadi isterinya. Setelah meninggalnya Khadijah, Baginda menduda hampir setahun sebelum menikahi Aisyah. Jadi Rasulullah berpoligami itu setelah menikah dengan Aisyah.

Mirza Mirwan

Hari ini genap satu tahun Perang Israel-Hamas. Korban sipil yang tewas di Gaza sudah 41.870 jiwa, sedang yang terluka 97.166 orang. Kalau diakumulasikan dengan korban tewas di Tepi Barat dan yang tertimbun di reruntuhan bangunan mungkin sekitar 43.500-an jiwa yang tewas. Dan Israel kian menggila. Bukan saja membombardir Gaza dan Tepi Barat, tetapi juga Libanon dan Suriah. Bahkan juga menembakkan misil ke Yaman. Sampai kapan Israel capek? Sampai Amerika tidak mendukung Israel. Atau sampai Partai Likud dan koalisinya tidak menguasai Knesset. Selama dukungan Amerika kepada Israel masih (dalam istilah Kamala) "unwavering", selama itu pula Israel akan tetap jemawa. Dan siapapun presiden Amerika, dari Demokrat atau Republik, tetap saja Amerika adalah "ironclad ally" bagi Israel. Anda masih ingat Rachel Aliene Corrie, gadis dari Olympia, Washington, yang tewas digilas buldozer tentara Israel pada 16 Maret 2003 dulu? (Saya pernah menuliskannya dulu itu). Menanggapi tewasnya Rachel itu pemerintah Amerika tidak mengecam Israel sama sekali. Begitu pula ketika wartawati Abu Akleh tewas di Tepi Barat. Padahal, seperti Rachel, Akleh juga warganegara Amerika. Kenapa begitu? Tentu saja karena yang menewaskan keduanya adalah tentara Israel. Ceritanya akan lain kalau, misalnya, ada warga negara Amerika kena timpukan batu anak-anak Palestina. Yang mengagumkan dari warga Gaza ialah keyakinannya yang tak goyah, bahwa pada akhirnya Allah akan menolong mereka. Dan muka saya seperti ditampar.

 

BACA EPAPER HARIAN DISWAY

SERUNYA KOMPETISI BASKET PELAJAR DBL

Kategori :