JAKARTA, DISWAY.ID -- Masyarakat kini bisa melihat kembali artefak koleksi Museum Nasional Indonesia yang terdampak kebakaran.
Meski begitu, perlu diingat bahwa kerusakan yang diakibatkan dari kebakaran tersebut membuat sebagian besar koleksi mengalami kerusakan, mulai dari ringan hingga berat.
Untuk diketahui, terdapat sebanyak 902 koleksi di 6 ruangan yang terdampak kebakaran dengan rincian 231 galeri keramik, 49 galeri peradaban, 92 galeri perunggu, 225 galeri prasejarah, 180 galeri terakota, serta 125 ruang kebudayaan.
BACA JUGA:Wajah Baru Museum Nasional Indonesia, Bakal Tampilkan Arca Tercantik yang Dikembalikan Belanda
12 koleksi di galeri prasejarah tidak dapat diselamatkan
Secara keseluruhan, sebesar 27,4% kerusakan diklasifikasikan tingkat tinggi, 28,2% kerusakan sedang, dan 44,4% rendah.
Adapun koleksi yang berhasil diselamatkan seluruhnya ditampilkan kembali di Pameran Perjalanan Pemulihan Museum Nasional Indonesia pascakebakaran "Menabuh Nekara, Menyiram Api".
"Kita klasifikasikan, ada yang rusak berat, ada yang rusak ringan. Berdasarkan instrumen yang kita kembangkan, berapa persen dia hilang, kemungkinan dia pulih dan sebagainya, kita mendapatkan data itu. Semuanya ada di sini," terang Sub Koordinator Konservasi Indonesian Heritage Agency Dr Nahar Cahyandaru pada layar yang berada di depan etalase pameran, 11 Oktober 2024.
Ia menegaskan bahwa pihaknya memberikan transparansi baik data maupun kondisi koleksi yang terdampak.
"Yang tampil di sini tidak hanya yang baik saja. Jadi yang tidak baik juga ada, yang rusak sedang ada, yang rusak berat pun kami tampilkan juga di sini," paparnya.
BACA JUGA:Museum Nasional Indonesia Kembali Dibuka Pasca Kebakaran, Tambahkan Ruang Pameran Baru
Ia pun mencontohkan bagaimana kondisi tas noken asal Papua yang sudah tidak berbentuk, tetapi masih dapat dikumpulkan benang-benangnya.
"Ada contoh koleksi yang sangat terdampak. Misalnya ini adalah contoh noket, khas-khas dari Papua. Karena bentuk bahannya dari bahan organik, sangat disayangkan kemudian menjadi serpihan seperti ini. Tetapi upaya kami dilakukan adalah bagaimana menyelamatkan semaksimal mungkin. Jadi meskipun hanya seperti ini pun kami selamatkan," tandasnya.
Dalam melakukan merekonstruksi artefak tersebut, pihaknya melakukan pemetaan benda-benda yang terdampak berdasarkan tingkat kerusakan dan materialnya.
"Yang kita kerjakan di sini, pertama adalah klasifikasi. Jadi misalnya menggambarkan bagaimana proses yang terjadi pada saat itu. Jadi teman-teman, yang kita lakukan pertama kali adalah setelah identifikasi adalah klasifikasi bagaimana yang didahulukan," jelasnya.