JAKARTA, DISWAY.ID-- Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto akui menyelesaikan studi doktoral di Universitas Indonesia selama 3 tahun.
"Penelitian saya molor, sehingga selesai 3 tahun," kata Hasto saat jumpa wartawan di Balai Sidang Kampus UI Depok pada Jumat, 18 Oktober 2024.
BACA JUGA:Mahfud MD Beri Dua Jempol Untuk Disertasi Hasto Kristiyanto: Ini Doktor yang Bener!
BACA JUGA:Megawati hingga Ganjar Hadiri Sidang Doktoral Hasto di Balai Sidang UI Depok
"Padahal sebenernya bisa 2,5 tahun, karena perubahan judul, menyesuaikan situasi sosial yang berubah, maka memerlukan tambahan waktu," tambahnya.
Lebih lanjut dikatakan Hasto, ia sebetulnya tak ada rencana untuk mengambil gelar doktor lagi. Ia menyebut semua terjadi karena semesta.
"Saya sebenarnya tak ada niat mengambil gelar doktor lagi, tapi ada semesta yang memanggil," ujar Hasto.
BACA JUGA:Hasto Kristiyanto Selesaikan S3 UI 3 Tahun, Sri Mulyani hingga Krisdayanti Kirim Karangan Bunga
BACA JUGA:Bawaslu Sebut Pramono-Rano Karno Paling Sering Kampanye, Hasto Puji Spirit Menyala
"Saat itu akhir tahun 2021 saya janjian sama Mas Pram (Pramono Anung, mantan Sekjen PDIP). Mas Pram lalu ajak saya makan di rumah beliau dan saat itu saya ditawari pak Husein untuk mengambil doktor. Kemudian didaftarkan, dites dan kemudian diterima. Lalu saya memilih penelitian kepemimpinan strategis dari ibu megawati soekarnoputri dalam pelembagaan partai" terangnya.
Hasto mengatakan bahwa pada Oktober 2023, judul disertasinya berubah karena adanya situasi sosial yang diteliti berubah.
BACA JUGA:Soal Kans PDIP Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Usai Megawati Pulang dari Uzbekistan
BACA JUGA:Hasto Kristianto Ikut Misa di GBK, Ungkap Sosok Paus Fransiskus
"Maka kemudian kami ubah menjadi ketahanan partai, karena situasi sosialnya berubah. Dan inilah yang membuat penelitian saya molor," tandas Hasto.
Diberitakan sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menjalani Sidang Terbuka Promosi Doktor Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia.