Sementara itu, calon gubernur nomor urut 3, Pramono Anung, menekankan pentingnya memperluas jangkauan pipanisasi air bersih.
“Saat ini, hanya 44 persen wilayah Jakarta yang ter-cover air bersih. Program pipanisasi harus menjadi perhatian serius,” kata Pramono.
Ia mengungkapkan bahwa Sistem Penyediaan Air Minum Jatiluhur dan Karian bisa dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Jakarta.
“Visi kami adalah memastikan seluruh warga Jakarta mendapatkan akses air bersih 100 persen pada tahun 2029,” jelasnya.
Pramono juga menekankan perlunya pengurangan konsumsi air tanah oleh perusahaan besar agar distribusi air bersih lebih merata.
BACA JUGA:Pemkab Bekasi Bantu Salurkan Air Bersih untuk Warga Terdampak Kekeringan
BACA JUGA:Jawaban Bang Doel Usai Warga Cengkareng Curhat Soal Air Bersih dan Sulitnya Urus Sertifikat Tanah
Adapun, calon gubernur nomor urut 1, Ridwan Kamil, menawarkan solusi subsidi harga air untuk warga yang belum terjangkau pipanisasi.
“Harga air jeriken saat ini bisa dua kali lipat dari harga air di pompa. Kami akan membayar selisihnya agar warga tetap bisa mendapatkan akses air bersih dengan harga yang wajar,” ungkap Ridwan Kamil.
Ridwan juga menegaskan pentingnya optimalisasi Waduk Jatiluhur untuk memenuhi kebutuhan air minum di Jakarta, sembari memastikan pembangunan pipanisasi terus berjalan.
Debat kali ini menunjukkan perbedaan pendekatan masing-masing pasangan calon dalam mengatasi masalah air bersih di Jakarta.
Dari inovasi teknologi hingga subsidi harga, seluruh gagasan menggarisbawahi pentingnya akses air bersih bagi warga Jakarta.