"Siswa harus diberi pemahaman hakikat dari proses agar tidak terjebak dengan keinstanan AI," tandasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya penanaman nilai moral dan etika yang juga perlu untuk didahulukan.
Dengan begitu, anak dapat bijak menggunakan AI dengan tetap menghargai orang lain dalam ranah hak dan privasi.
Begitu pula dengan literasi digital yang perlu dibekalkan agar anak memiliki kemampuan untuk memahami isu sebagai bagian dari pemahaman untuk coding dan AI.
BACA JUGA:Gibran Cek Uji Coba MBG di SDN Slipi 15 dan SLBN 05 Jakarta, Bagi-bagi Buku dan Tas Sekolah
Lebih lanjut, Ira mengusulkan pembelajaran coding secara teknis dapat dikemas dengan konsep belajar sembari bermain.
Sebagai contoh pada siswa jenjang SMP dan SMA, anak yang sudah memiliki kapasitas dapat dilakukan praktik pembuatan game.
"Diajarkan saja dengan metode-metode yang menyenangkan, sesuai dengan kapasitas usianya. Jangan membebani dengan tuntutan harus jadi coder di usia segitu," tuturnya.
BACA JUGA:Lapor Mas Wapres Ide dari Gibran, Mensesneg: Pemerintah Ingin Dengar Langsung Keluhan masyarakat
Maka demikian itu, ia berharap kemajuan science, technology, engineering, and mathematic (STEM) dapat beriringan dengan ilmu-ilmu sosial sehingga tercipta kolaborasi antardisiplin ilmu yang menghasilkan generasi muda melek isu sosial.
"Pemahaman social science-nya tetap harus diperkuat di dalam level yang sama supaya tidak kehilangan dan tidak apatis," tutupnya.