JAKARTA, DISWAY.ID – Tahun 2025 diprediksi menjadi masa sulit bagi perekonomian Indonesia.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira memperingatkan potensi "perfect storm" atau badai sempurna yang mengancam berbagai sektor ekonomi.
"Ekspor dan investasi bakal terdampak perang dagang yang meluas, bukan cuma AS-China tapi juga AS-Kanada, dan negara lain," kata Bhima kepada Disway Selasa 24 Desember 2024.
BACA JUGA:Tuding Menuding Soal Kenaikan PPN, Pengamat: Dampak Ekonomi Harus Jadi Prioritas
Harga komoditas ekspor yang rendah semakin memperburuk situasi, sehingga tekanan terhadap sektor perdagangan luar negeri akan semakin berat.
Dalam menghadapi ketidakpastian global kata Bhima, fokus perekonomian akan bergeser ke pasar domestik.
Dengan memanfaatkan bonus demografi, pemerintah diharapkan dapat mendorong produksi dan konsumsi dalam negeri sebagai penopang pertumbuhan ekonomi.
"Kuncinya di pasar dan produksi domestik, memanfaatkan bonus demografi. Masalahnya perfect storm juga diakibatkan oleh kebijakan fiskal yang agresif menyasar masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah," ujar Bhima.
Terdapat sepuluh kebijakan fiskal yang diperkirakan memengaruhi daya beli masyarakat pada 2025 kata Bhima.
Beberapa di antaranya adalah kenaikan PPN menjadi 12%, iuran Tapera, dan rencana kenaikan iuran BPJS kesehatan.
"Begitu konsumsi rumah tangga melemah dan tumbuh di bawah angka 5%, ekonomi domestik tidak mampu lagi menjaga pertumbuhan ekonomi," tambah Bhima
Bhima menyoroti kebijakan fiskal sebagai tantangan terberat bagi ekonomi Indonesia pada 2025.
Pemerintah dihadapkan pada pilihan sulit: menjaga daya beli masyarakat agar ekonomi tetap tumbuh di atas 5% atau melanjutkan program-program fiskal meskipun berdampak pada konsumsi domestik.