Menrutnya Timnas Indonesia tak punya karakter kuat dalam bermain.
"Tidak jelas apakah ingin bermain indah atau fokus pada hasil akhir. Inilah yang menyebabkan inkonsistensi hasil."
BACA JUGA:3 Pelaku Pencurian Duel Lawan Polisi di Cilegon, Kanit Reskrim Terluka
BACA JUGA:Viral Aksi Polisi Kawal Mobil RI 36 sambil Tunjuk-Tunjuk Taksi Alphard, Netizen: Buru-Buru Amat!
"Inkonsistensi hasil selaras dengan inkonsistensi susunan pemain," kata dia.
Argumen itu bisa merujuk laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan China.
Ketika itu, Shin Tae-yong bereksperimen dengan mencadangkan Thom Haye dan bahkan memutuskan memindahkan ban kapten dari Jay Idzes ke Asnawi Mangkualam.
Kemudian di Piala AFF 2024, Shin Tae-yong juga tampak bereksperimen dengan menurunkan Pratama Arhan dan Asnawi pada dua sisi.
Namun, Arhan yang biasa di kiri malah ditempatkan di sisi kanan dan sebaliknya Asnawi malah di kiri.
BACA JUGA:Mengenal Zendo, Ojol Milik Muhammadiyah Siap Saingi Gojek dan Grab
BACA JUGA:Hotman Paris Bela Agus Salim Soal Uang Donasi Dialihkan ke Korban Bencana di NTT, Itu Haknya Dia!
Arman menjelaskan bahwa selain itu Shin Tae-yong juga tidak terlalu adaptif dalam meramu taktik meskipun kerap bongkar-pasang pemain.
Hal itu terlihat pada formasi tiga bek yang terus menerus dipakai, padahal mayoritas pemain Timnas Indonesia yang merumput di Eropa kerap bermain dengan komposisi empat bek sejajar.
"Secara kualitatif kita bisa mencerna secara seksama bahwa permainan Timnas Indonesia jauh dari optimal."
"Timnas Indonesia lebih sering bermain bertahan dan lebih mengandalkan serangan yang sporadis."
"Saat melawan Jepang dan Australia, kelemahan sistem bermain Timnas Indonesia terlihat begitu terlihat. Sehingga, sepanjang 90 menit timnas hanya bisa bertahan dan tidak banyak mengancam," ujar dia.