Dewan Pakar BPIP Dukung Penuh Keanggotaan Indonesia di BRICS: Ranah Baru Aktualisasi Prinsip Bebas Aktif Indonesia

Kamis 09-01-2025,23:57 WIB
Reporter : Fandi Permana
Editor : Fandi Permana

JAKARTA, DISWAY.ID - Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Kebijakan Hubungan Luar Negeri Darmansjah Djumala, mendukung penuh keanggotaan penuh Indonesia dalam BRICS.

Dukungan BPIP ini sekaligus menanggapi pernyataan Kementerian Luar Negeri Brasil, pada 6 Januari 2025 terkait diterimanya Indonesia sebagai anggota penuh BRICS.

BACA JUGA:Refleksi Akhir Tahun BPIP, Willy Aditya Gaungkan Pancasila Tak Hanya Sekadar Ideologi, Tetapi Way of Life!

BACA JUGA:Refleksi 5 Tahun BPIP, Siap Perkokoh dan Gaungkan Pendidikan Pancasila Sebagai Ideologi Negara

“Diplomasi Indonesia melakukan langkah dbersejarah dengan menjadi anggota BRICS. Dengan menjadi anggota BRICS Indonesia memasuki ranah baru dalam upaya mengaktualisasikan prinsip bebas-aktif dalam diplomasi dan kebijakan luar negerinya,” kata Djumala, Kamis, 9 Januari 2025.

Lebih lanjut mantan Duta Besar RI untuk Austria dan PBB, menggarisbawahi fakta bahwa penerimaan Indonesia sebagai anggota penuh relatif cepat. Keinginan Indonesia untuk ikut BRICS pertama kali diucapkan Menteri Luar Negeri Sugiono pada  KTT BRICS di Kazan, Rusia, 24 Oktober 2024.

Hanya berselang 2,5 bulan Kemenlu Brazil, sebagai Ketua BRICS saat ini, mengumumkan diterimanya Indonesia sebagai anggota penuh. Bagi Djumala, yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekretariat Presiden/Sekretaris Presiden Jokowi periode pertama, cepatnya Indonesia diterima sebagai anggota menyiratkan sesuatu.

"Peran Indonesia dinilai penting dalam BRICS terutama dalam tiga perspektif; yaitu geopolitik, ekonomi dan diplomasi. Pertama, dalam konteks geopolitik dunia sekarang ini, profil Indonesia sebagai pelopor Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok membawa nuansa kemandirian dan independensi dalam tarikan kepentingan politik global," papar Djumala.

"Kedua, Marwah prinsip bebas-aktif akan terefleksi dalam kinerja diplomasi BRICS dalam interaksinya dengan kekuatan politik global lainnya. Pada titik ini Indonesia memperoleh ranah baru untuk mengaktualisasikan prinsip bebas-aktifnya. Kedua, dari perspektif ekonomi, Indonesia dipandang sebagai kekuatan ekonomi regional dengan pangsa pasar terbuka yang luas dengan kelas menengah cukup besar," paparnya. 

BACA JUGA:Profil Romo Benny Susetyo yang Meninggal Dunia, Stafsus BPIP Penuh Inspirasi!

Djumala yakin, dengan status sebagai anggota G20 tidak sulit bagi Indonesia untuk berkontribusi dalam kerjasama BRICS terutama dalam pembukaan akses pasar dan arus investasi.

"Ketiga, dari perspektif watak diplomasi, Indonesia selama ini sudah terlanjur dikenal sebagai penengah atau bridge builder dalam banyak perbedaan kepentingan negara-negara dunia, seperti negara maju versus negara berkembang atau negara Barat versus Timur. Menjadi mediator kepentingan yang berbeda secara diametral sudah menjadi DNA diplomasi Indonesia. Watak mediasi seperti ini sangat diperlukan dalam menjembatani kepentingan antara BRICS dan kekuatan blok ekonomi global lainnya," tuturnya. 

Peran Indonesia sangat Strategis

Bagi Djumala, peran Indonesia dalam BRICS sangatlah strategis. Sebab, sebagai negara yang mengedepankan azas ketimuran, Indonesia akan menginspirasi negara lain melalui implementasi Pancasila. 

“Sebenarnya di sinilah letak nilai lebih yang dimiliki Indonesia ketika menjadi anggota BRICS. Adab diplomasi Indonesia yang menekankan pada upaya 'menyatukan yang terbelah dan mendekatkan yang terpisah' akan mewarnai langkah BRICS ketika berhadapan dengan kepentingan blok ekonomi lain. Diplomasi nilai yang dibawa Indonesia yang diinspirasi oleh Pancasila, yaitu gotong royong (kerja sama) dan musyawarah (dialog), diharapkan dapat mewarnai kinerja BRICS manakala kelompok ini berinteraksi dengan kekuatan ekonomi global lain,” tutup Dubes Djumala.

BACA JUGA:Bergabung ke BRICS, Indonesia Terancam Kehilangan Fasilitas GSP dan Pendanaan JPP

Kategori :