Dibandingkan Bukayo Saka yang menciptakan 19 peluang, perbedaannya semakin terlihat jelas.
Pemain internasional Brasil saat ini hanya lebih baik dari kiper seperti Alisson Becker, Ederson Moraes atau Andre Onana dalam hal kemampuan menciptakan peluang.
Hal ini membuat bakatnya dipertanyakan.
Meski demikian, pelatih Mikel Arteta tetap menaruh kepercayaan penuh pada muridnya itu, dengan tabah membiarkannya bermain setiap pekan, meski ada ketidakefektifan yang ditunjukkan bintang bernomor punggung 11 itu.
Pilihan yang agak buta ini menimbulkan pertanyaan tentang gaya manajemen pemimpin militer berusia 42 tahun tersebut.
BACA JUGA:PSG Bidik Striker Manchester United, Kesepakatan Alejandro Garnacho Bakal Kejutkan Premier League
Di usia 23 tahun, Gabriel Martinelli masih punya banyak waktu untuk berkembang, namun kurangnya rasa percaya diri jelas menghambatnya.
Alih-alih membantu sang pemain mendapatkan kembali motivasinya, ahli strategi asal Spanyol itu nampaknya malah melakukan kesalahan dengan terus "melempar" penyerang asal Brasil itu ke starting lineup.
Rencana tersebut, meski bisa efektif dalam beberapa kasus, namun belum menjadi solusi optimal bagi bintang bernomor punggung 11 yang kini bermain seolah kehilangan arah dan semangat.
Mikel Arteta mungkin terinspirasi oleh filosofi Arsene Wenger atau Pep Guardiola, percaya bahwa membiarkan Gabriel Martinelli bermain terus-menerus akan membantunya mendapatkan kembali performa terbaiknya.
Namun kenyataan menunjukkan sebaliknya, kemerosotan berkepanjangan striker berusia 23 tahun ini menjadi bukti tidak efektifnya manajemen.