"Jadi kita punya dua pilar. Satu, pilar publikasi, di mana kita ingin menghasilkan inovasi atau penelitian yang unggul dan diakui mancanegara. Bahkan kalau bisa ada (peraih) Nobel Prize (asal Indonesia)," lanjut Lisa.
"Dan satu (pilar) lagi adalah produk, di mana inovasi-inovasi ini bisa digunakan oleh industri melalui produk-produknya, sehingga nanti ekonomi negara akan meningkat."
BACA JUGA:KPK akan Panggil Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Sebagai Tersangka, Usai Kalah di Gugatan Praperadilan
BACA JUGA:Kementerian dan Lembaga Kena Efisiensi Anggaran, Bagaimana Nasib BI dan OJK?
Sedangkan selama ini, Lisa menyoroti peneliti Indonesia, terutama yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri, tidak bisa memanfaatkan hasil penelitiannya lantaran tidak relevan dengan kondisi di Indonesia.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemendiktisaintek Fauzan Adziman menyebut bahwa Kemendiktisaintek mulanya mendapatkan anggaran 2025 sebesar Rp57 triliun.
Dari angka tersebut, "Dana riset kita ini sekitar Rp1,2 triliun," ungkap Fauzan pada media briefing di Kantor Kemendiktisaintek, Jakarta, 11 Februari 2025.
Dalam pembahasannya, Fauzan mengupayakan agar efisiensi ini tidak tumpang tindih dengan peraturan yang ada.
"Ada beberapa aturan dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 bahwa dana riset itu harus 30 persen dari BOPTN di bagian penelitian. Jadi kami masih berupaya untuk tidak lebih kecil lagi," tambahnya.
BACA JUGA:Gelar Buyers Feedback Komoditi Gula, PSGN Perkuat Sinergi dan Targetkan Produksi 2025 Meningkat
Oleh karena itu, pihaknya tengah merasionalisasikan efisiensi anggaran agar potongan di dana riset dapat ditekan sekecil-kecilnnya.
Terlebih, ia menilai dana Rp1,2 triliun yang ada saat ini masih terhitung kecil.
"Tahun 2024, dari jumlah proposal yang masuk, kami itu hanya bisa mendanai sebesar 7 persen. Hanya 7 persen dari dana sekitar Rp1,2 triliun. Bayangkan kalau kita potong lagi, lebih kecil lagi," cetusnya.
Diungkapkannya, dari 350 ribu dosen yang ada saat ini, yang telah terregister di SINTA baru 200-250 ribu.
"Dan tahun lalu, dari data dosen sekitar 250 ribu itu, yang bisa mendapatkan dana penelitian itu sekitar 16 ribu. Jadi 7 persen," paparnya.