MUKTAMAR Luar Biasa Nahdlatul Ulama (MLB NU) akan dilaksanakan tengah tahun ini, namun gejolak di akar rumput dalam mencari sosok ideal selanjutnya telah memanas. Belajar dari pengalaman masa lalu, pemimpin masa depan harus lebih matang baik secara keilmuan maupun pengalaman di berbagai bidang.
Satu nama yang muncul adalah Khofifah Indar Parawansa sebagai salah satu pimpinan PBNU. Ada 5 (lima) alasan utama mengapa Khofifah ini dimunculkan. Pertama, kepemimpinan perempuan di tubuh PBNU dibutuhkan untuk mengubah dari kepemimpinan patriarkis selama ini yang penuh dengan konflik menjadi kepemimpinan feminis yang lembut tapi progresif.
Sepanjang sejarah belum pernah sosok perempuan muncul sebagai pemimpin sekelas Sekjen di PBNU. Jika pun keberadaan mereka diterima di struktur organisasi, posisinya selalu menjadi pelengkap. Organisasi seperti tersandung kultur tradisional dimana perempuan hanya pelengkap penderita.
Kedua, Khofifah memiliki pengalaman panjang di dunia politik. Hal ini dibutuhkan karena Sekjen PBNU harus lincah dalam berpolitik kebangsaan namun jangan sampai jatuh pada kubungan politik praktis pragmatis. Selama ini terlalu praktis, seakan kehilangan idealisme. Hal itu karena pemimpinnya tidak punya pengalaman matang dalam berpolitik.
Jika dibandingkan dengan sosok Sekjend PBNU hari ini, Khofifah tentu memiliki kualitas yang lebih baik. Khofifah adalah politisi sejati, yang setia dengan akarnya. Khofifah tidak dikenal sebagai politisi ”kutu loncat”, yang meloncat ke sana-kemari hanya untuk mengejar sebuah jabatan. Sebaiknya, Khofifah terkenal dengan perempuan yang memiliki semangat perjuangan. Sebelum cita-cita tercapai, dia akan terus memperjuangkannya. Inilah yang membuat kepribadian Khofifah Indar Parawansa mengingatkan kita pada sosok Presiden Prabowo Subianto. Di sisi lain, Prabowo dan Khofifah memiliki kedekatan yang kuat.
BACA JUGA:Bertemu dengan Presiden Prabowo, Khofifah Usul Agar Raudhatul Athfal Juga dapat Program MBG
BACA JUGA:Kiai Ghofur Layak Jadi Rais 'Aam PBNU Pasca MLB NU, Ini Enam Alasannya !!
Pertimbangan politis semacam ini penting karena berkaca pada pengalaman belakangan ini terkesan ada ambisi politis yang sangat kuat dari elite PBNU, terutama Sekjend PBNU. Hal itu sebenarnya tidak masalah jika dilakukan dengan elegan tanpa melanggar Khitah NU 1926. Hanya saja, cara yang ditempuh selama ini hampir kurang elegan, menimbulkan kontroversi dan penolakan di akar rumput. Sehingga memecah belah di kalangan akar rumput NU sendiri.
Jika warga NU memang butuh pemimpin yang lihat dalam berpolitik, maka Khofifah adalah pilihan paling tepat. Di akar rumput, Khofifah memiliki basis massa yang kuat, terutama karena pernah menjabat sebagai Ketua Umum Muslimat sejak (2000). Bahkan, kontribusi Khofifah pada Muslimat sekalipun tidak sedang menjabat sebagai ketua masih sangat besar. Figur Khofifah sangat populer di kalangan Muslimat NU.
Ketiga, urgensi kaderisasi kepemimpinan perempuan. Muktamar Tengah tahun ini adalah momen yang tepat bagi Muslimat untuk menampilkan diri sebagai lembaga yang mampu melahirkan perempuan-perempuan pemimpin. Kepemimpinan Muslimat juga akan mengubah landscape politik dan kepemimpinan kaum perempuan NU. Karena dengan menjadi Sekjen PBNU, Muslimat sudah selangkah untuk berkontribusi pada bangsa, negara dan dunia.
Melahirkan sosok pemimpin perempuan yang berkelas dunia tidak mudah. Oleh karenanya, kesempatan untuk mengusung Khofifah Indar Parawansa adalah kesempatan emas yang harus dimaksimalkan. Hari ini dunia terlalu patriarkis dipenuhi konflik di mana-mana, bahkan di internal NU juga banyak konflik yang tak terselesaikan.
Kehadiran kepemimpinan feminis bisa menjadi angin segar. Dengan kekuatan feminis, kepemimpinan tidak akan terlalu garang dan ganas. Artinya, perubahan gaya kepemimpinan yang sekarang memang diperlukan, dan kita sebagai warga NU berharap perempuan yang tampil sebagai pemimpin.
Keempat, teladan dalam pengabdian masyarakat. Memang sudah tepat Khofifah mendapatkan penghargaan berupa Penghargaan Khusus Bakti Sepanjang Masa. Artinya, sekalipun Khofifah secara struktural tidak pada organ Muslimat, namun eksistensinya terus dibutuhkan dan diperlukan oleh organisasi. Oleh karenanya, tidak berlebihan untuk menyebut Khofifah adalah Muslimat, Muslimat adalah Khofifah.
Menghantarkan tokoh penting Muslim seperti Khofifah ke tampuk kepemimpinan di organ PBNU sebagai Sekjen adalah langkah dan kesempatan strategis yang Muslimat miliki. Jika dalam satu periode ke depan Khofifah berhasil menjadi Sekjend PBNU, maka proyek berkelanjutan dari Muslimat adalah mencetak kaum perempuan pemimpin yang lebih baik dari Khofifah.
Kelima, kecintaan pada Islam yang memecahkan rekor MURI. Khofifah mendapatkan penghargaan karena menyelenggarakan Nuzulul Quran 1411 H. secara daring pertama di dunia dan Khotmil Quran Kubro secara daring terbanyak di dunia. Ini artinya, Khofiah memiliki daya imajinas kreatif dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi.